“Aku mau cerai demi Luna.”

Ucapan to the point yang Fabio bilang tadi langsung ngebuat Calvin berdiri dari posisi duduknya, dia langsung ngedekat, mastiin telinganya gak salah dengar.

Karena.. memilih mundur dan menyerah di dalam hubungan tidak sehat itu suatu keputusan yang sulit, sebab Fabio sudah sangat bergantung pada Nathan.

Apalagi Fabio sebagai korban, pastinya banyak terjadi pergolakan batin buat ambil keputusan ini.

Tangan Calvin yang bertenggar di atas meja samping ranjang di raih, “bantu aku.”

Mereka saling pandang saling menyelami makna tatapan yang diberi.

“Tolong bantuin aku,”

“Aku.. aku gak bisa kalau sendiri. Aku butuh support—” suara Fabio menghilang di akhir.

Tangisannya tumpah lagi di hadapan Calvin.

“Maaf aku cengeng.”

“Nangis aja, gak apa-apa.” Calvin condongin tubuhnya ke depan buat ngedekap Fabio.

“Aku takut.”

“Itu dulu. Sekarang gak perlu takut lagi.” Rambut halusnya diusap pelan.

“Jangan pernah ngerasa takut dan sendirian lagi. Ada gue, ada Ken, ada ibu lo, dan ada Luna.”

“Tapi gimana kalo Mas Na—”

“Sshh.. dia udah hilang, penjahat itu udah ngebusuk di penjara. Jangan sebut nama dia lagi kalau itu bisa bikin lo keinget kejadian kemarin.”

“Aku gak tau gimana jadinya kalau gak ada Calvin waktu itu.”

“Jangan dipikirin lagi. Lo udah aman sekarang.” Tangan besar Calvin pindah ngusap pelan punggungnya.

Percakapan mereka berhenti disitu, detik selanjutnya kamar rawat no. 14 itu hanya dihiasi isakan Fabio.

Fabio yang kesakitan,

Fabio yang rapuh,

Calvin janji bakal terus jadi seseorang yang kasih Fabio kekuatan.

“You deserve better, Fabio.” Bisiknya di dekat telinga Fabio yang masih menangis.

“Cerai bukan suatu hal yang tabu atau malu-maluin, dan perlu diinget.. lo lakuin ini bukan cuma demi Luna tapi demi diri lo sendiri.”

Calvin harap Fabio secepatnya dapetin kebahagiaan yang sesungguhnya.

“Daddy bong-bong ngapain?”

“Papa kok dibikin nangis?”

“Luna mau ikutan dipeluk juga!” Anak kecil itu nyerobot paksa nempatin dirinya diantara Fabio dan Calvin.

Hhh.

Seperti biasa, Luna si perusak mood.

Ralat— kali ini Luna si perusak suasana.

Sementara ibu Fabio cuma bisa menatap horor adegan yang baru saja diliatnya sewaktu masuk kamar rawat.