Baekhyun kepayahan membujuk Devlin untuk makan, pasalnya sekarang sudah waktunya minum obat tapi sebelum itu Devlin harus makan.
“Dev, makan dulu, yuk?”
Devlin menggeleng lemah, berkali-kali Baekhyun menyuapkan sendok tapi Devlin terus menutup mulutnya dengan tangan.
“Kalau gini terus kapan sembuhnya, hm? Makan sedikiiit aja abis itu minum terus tidur, ya?”
Baekhyun sedikit memaksakan suapannya meski Devlin terus menolak, harus bagaimana lagi jika itu satu-satunya cara agar anaknya sembuh.
Sesudah memberi 8 suapan ia segera memberinya obat lalu bersiap untuk tidur malam.
Punggungnya Baekhyun usap-usap pelan sembari menyanyikan lagu pengantar tidur, “cepet sembuh anak Papa.”
Sedaritadi matanya terus menatap pas foto yang terpajang di nakas.
Itu foto mereka bertiga saat Devlin baru belajar berjalan. Masih terbayang diingatannya bagaimana suasana hangat yang menyenangkan melingkupi hidupnya.
Kedua tangan Chanyeol yang menuntun tangan kecil Devlin untuk melangkah dan ada Baekhyun di sampingnya tersenyum bahagia melihat suami serta anaknya.
“Anak Daddy kuat!”
“Daddy sayang sama kalian berdua, sayaaaanngg banget.”
“Da—dad dy.”
“Eh? Baek liat! Devlin nyebut daddy tadi. Ayo sebut sekali lagi sayang.”
“Dadd— dad dy.”
“Tuh kan! Gimana daddy gak makin sayang sama Devlin.”
Di tengah lamunannya Devlin membalikkan posisi tidurnya ke arah Baekhyun.
“Papa..”
Baekhyun menunduk, “iya sayang?”
Kedua tangan Devlin terangkat memegang wajah Baekhyun, “kenapa papa sedih? Dev udah nurut sama Papa tadi, Dev udah makan sama minum obat.”
“Siapa yang sedih? Papa gak sedih.”
“Papa jangan nangis nanti Dev ikutan nangis, hiks.” Devlin mencoba menghapus air mata Baekhyun yang tiba-tiba keluar beriringan dengan dirinya yang mulai menangis.
“Enggak, sayang. Papa gak nangis sssttt Dev juga jangan nangis.” Nyatanya semakin Baekhyun berbicara semakin deras air mata yang keluar.
Hatinya menjadi nyeri sebab kembali mengingat kenangannya dulu.
Saat Chanyeol masih bersama mereka di sini.