Baekhyun masih ingat saat awal-awal pernikahannya dengan Chanyeol dulu.

Menikah dengan orang yang sangat Baekhyun sayangi dan cintai adalah harapannya.

Sayangi dan cintai.

Sudah cukup jelas. Di pernikahannya hanya Baekhyun memiliki perasaan itu, sedangkan Chanyeol? Tidak.

Chanyeol menikahi Baekhyun akibat dari rasa sakitnya saat melihat kekasihnya pergi dan menikah dengan lelaki lain.

Chanyeol marah, dendam, dan tidak tahu arah. Beruntung saat itu Baekhyun datang ke hidupnya, memberi banyak cinta dan menghapus pengalaman menyakitkan Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol mengajak Baekhyun menikah.

Baekhyun bahagia bukan main. Semua teman Baekhyun yang juga teman Chanyeol ia beritahu bahwa mereka akan menikah.

Mereka mengadakan pernikahan yang private sesuai keinginan Chanyeol. Katanya dia ingin pernikahan yang hanya dihadiri oleh orang terdekat saja dan Baekhyun hanya menuruti.

3 bulan setelah menikah Baekhyun hamil.

Selama masa kehamilan, Chanyeol selalu ada untuk Baekhyun dan calon bayinya. Baekhyun bersyukur memiliki suami seperti Chanyeol.

Setiap hari suaminya itu selalu menanyakan bagaimana kondisi Baekhyun, dan memberikan semua hal yang Baekhyun mau selama mengidam.

Menjadi seorang papa dari bayi laki-laki yang diberi nama Devlin membuat hidup Baekhyun semakin terasa sempurna.

Hari itu Baekhyun sedang sibuk di pagi hari, membangunkan Chanyeol, membuat sarapan, memandikan dan menyuapi Devlin, menyiapkan baju kantor untuk Chanyeol, dan berakhir membersihkan rumah.

“Mas berangkat dulu.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya lalu meraih kunci mobil di gantungan dekat ruang TV.

Baekhyun menyusul dan membiarkan Chanyeol mengecup bibir mungilnya, tidak lupa mencium kedua pipi Devlin yang berumur 1 tahun 2 bulan.

Chanyeol selalu pulang tepat pada pukul 9 malam. Namun sampai pukul 12 malam dia tidak kunjung pulang, Baekhyun mencoba berpikir positif. Kemungkinannya hanya 1, pekerjaan Chanyeol sedang banyak jadi suaminya lembur.

Tapi kenapa tidak memberi tahu Baekhyun lewat chat?

Baekhyun tidak berani bertanya karena selama ini ia tidak pernah menuntut apapun.

Sampai pagi Chanyeol masih belum pulang. Baekhyun mencoba menelepon tetapi ponselnya tidak aktif. Ia masih berusaha untuk berpikir positif.

Mas Chanyeol baik,

Mas Chanyeol gak pernah bohong,

Mas Chanyeol gak mungkin selingkuh.

Suara pintu terbuka, itu Chanyeol.

Penampilannya berantakan, kemejanya kusut, dasinya terlepas. Baekhyun menghampiri, mencoba membantu Chanyeol melepaskan sepatu dan menyimpan tas kantornya tapi Chanyeol malah menepis kasar.

“Saya bisa sendiri.”

Saya?

Selama ini Chanyeol tidak pernah mengucapkan kata “saya”. Suaminya itu tidak pernah seformal itu dalam berbicara. Dan apa itu?

Baekhyun mengernyit memaksakan dirinya menyentuh kerah kemeja Chanyeol dan melihat banyak bercak kemerahan seperti.. kissmark?

“Ayo kita cerai!” Ucap Chanyeol cukup keras.