Baekhyun memberi Chanyeol waktu 15 menit lagi. Waktu yang singkat itu ia gunakan sebaik mungkin bersama Devlin.

Di sela-sela makan siangnya hidung Devlin mengeluarkan darah. Chanyeol kelimpungan mencari bantuan karena ia belum pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini.

“Dev sakit?”

“Ada sakit? Di mana? Kasih tau Daddy.”

“Bentar bentar Daddy cari tisu dulu.”

“Dev gak apa-apa Daddy.” Anaknya terkekeh geli melihat Daddynya yang panik.

Baju, sprei, selimut, dan tangan Devlin menjadi kotor akibat darah yang keluar semakin banyak.

10 lembar tisu pun tidak cukup. Chanyeol memanggil suster karena Baekhyun tidak ada di kamar.

“Ini Devlinnya coba dibaringin aja.”

“Tapi tetep aja keluar, Sus.”

Kemudian aliran darah berhenti dan Chanyeol mulai tenang. Lalu makan siang yang tertunda dilanjutkan kembali.

9 menit lagi.

Chanyeol menyeka bulir-bulir keringat dipelipisnya. Waktunya terbuang sia-sia akibat Devlin yang mimisan.

Seperti tahu apa yang sedang Chanyeol pikirkan Devlin angkat bicara, “Daddy di sini terus sama Dev.”

“Main Iron Man.”

“Jangan pergi terus.. Dev masih mau sama Daddy.”

Maunya Chanyeol juga begitu tapi Baekhyun sudah mutlak memberi waktu sedikit. Itu pun ia merasa sangat berterimakasih pada Baekhyun meski sebentar.

“Daddy besok ke sini lagi main sama Dev.”

“Janji?”

“Janji!”

“Sekarang minum obat dulu, yuk. Biar Dev cepet sembuh.”

“Iya Daddy.”