Calvin bersiap mendorong vespa birunya setelah mengumpati Ken di tweet-an terbarunya.
Ya bisa aja sih Calvin ikut nebeng bareng Andi, temennya Ken tapi gimana nanti sama nasib vespanya? Apalahi jarak dari kampus ke kost tidak ada bengkel ataupun tambal ban, jadi Calvin terpaksa mendorongnya.
“Ganteng doang.. pake vespa kok didorong.” Gerombolan anak sekolahan menyurakinya begitu.
“*Anjing, kalau bukan cewe udah gue ajak sparing. *”
Pandangannya fokus ke depan, tidak mau terdistraksi oleh orang-orang yang memperhatikannya.
Percaya diri adalah koentji, muka ganteng lebih dari koentji,
ialah motto hidup yang selalu Calvin tekankan.
Calvin berhenti sejenak, ia tekan standar vespanya. Tangannya merogoh ponsel dibalik saku hoodienya, lagu Monster dari EXO menjadi pilihan pertama yang akan dia dengarkan melalui earphone.
She got me gone crazy wae simjangi ttwini neon areumdawo naui goddess dathyeoissji Yeah yeah dudeuril teni nal deuryeobonaellae? gamchwojin seurireul julge
nundongjaui hogisime imi neon ppajyeodeureossgo don't be afraid, Love is the way, Shawty I got it. You can call me—
“DADDY BONG-BONG!!”
Bibirnya bergerak mengucap kata 'asu' dengan pelan. Calvin kira pertemuannya dengan anak kecil itu kemarin adalah pertemuan terakhirnya, tapi ternyata ia salah.
Ia mempercepat dorongannya, matanya masih fokus ke depan.
“Daddy Bong-Bong! Ini Luna!”.
Iya, tau. Lo si kucrit Luna.
“Ih gak didenger.”
Bodo amat.
“Kok motornya didorong? Kayak Luna dong naik mobil.” Dagunya bertengger di antara celah kaca mobil yang terbuka lebar.
Luna anak ng— kucrit, bisa gak sih tuh mulut diem?
Mana lagi lampu merah.
“Kasian banget anaknya teriak-teriak gak didenger. Gue kalau jadi anaknya udah pengen jambak tuh rambutnya.”
“Kalau gue mikirnya itu si bapak budek gak sih? Jadi jangan suudzon dulu.”
“Oh iya iya, bisa jadi.”
Iya, bagus. Gara-gara si Kucrit Luna, mereka terutama Calvin jadi pusat perhatian orang.
Fabio yang mendengar ucapan tidak sopan orang-orang mengenai Calvin hanya bisa tertawa kecil.
“Pak eh Cal, aku bantu sini.” Seru Fabio dari dalam mobilnya.
Gak.
“Gak apa-apa kok. Hitung-hitung balas budi kemarin.”
Gak.
Pendiriannya masih kuat bahkan daritadi Calvin belum menoleh ke arah mobil Fabio.