Chanyeol menatap sekeliling kamar.

Awalnya Chanyeol pikir ia salah memasuki kamar atau mungkin salah mendatangi rumah sakit, tetapi ketika melihat denah tata letak ruangan di rumah sakit itu sudah benar.

Cleveland Hospital, Lantai 3, Paviliun D, Nomor 132.

Semua lokasi seperti lemari, tempat sampah, juga toilet ia cek untuk memastikan, namun semuanya kosong juga bersih.

“Mungkin pindah kamar.” Batinnya.

Perkiraannya pasti seperti itu, kan? Memangnya apalagi selain pindah kamar?Selama 3 bulan ia koma membuatnya tidak mengetahui apa-apa tentang kondisi Devlin, lalu seingatnya penyakit yang diderita Devlin itu parah dan tidak akan secepat itu untuk disembuhkan.

Langkah terakhirnya bertanya pada suster di meja informasi.

“Permisi, pasien di kamar no 132 pindah ke kamar mana?” Katanya sembari membungkuk sopan.

“Oh, sebentar saya cek dulu, Pak.”

Ucapan susternya hanya Chanyeol angguki. Seperti anak hilang kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, takut-takut ada Devlin atau Baekhyun yang melewati dirinya.

Jemarinya diketuk berulang kali diatas meja menunggu jawaban dari suster berkacamata yang sedang sibuk membuka buku halaman.

“Masih lama, sus?”

“Sebentar ya, Pak.”

Chanyeol resah.

Rasa rindu yang membuncah tak bisa lagi dibendung. Setiap hari tidak pernah terlewatkan memikirkan nasib Devlin dan Baekhyun.

Devlin pasti menunggunya sangat lama.

Baekhyun? Chanyeol tidak tahu. Ia hanya ingat saat detik-detik akan pingsan ia melihat Baekhyun yang jatuh ambruk.

“Gimana, sus?”

“Pasien atas nama Devlin yang nempatin kamar 132 udah keluar dari Rumah Sakit 3 bulan yang lalu, Pak.”

“Maksudnya? Udah sembuh? Atau dokter ngerujuk ke rumah sakit lain?”

Si suster menggeleng, “mohon maaf, Pak. Buat detailnya saya gak tau karena tugas saya cuma mencatat pasien yang keluar atau masuk ke Paviliun D.”

“Kalau ngecek data riwayat pasien saya harus ke mana?”

“Untuk itu setiap rumah sakit punya kebijakan melarang orang lain mengecek data riwayat pasien.”

“Tapi saya ayahnya!”

“Maaf, Pak saya gak bisa bantu.”

Nafasnya tidak beraturan.

Chanyeol berlari menuju meja informasi utama di lobby. Ia bersikeras mencari tahu tapi jawabannya tetap sama, pihak rumah sakit tidak bisa membiarkan sembarangan orang mengeceknya.

Ia menunjukan file pdf akta kelahiran Devlin, kartu keluarga, kartu tanda pengenalnya, dan segala yang berhubungan dengan bukti bahwa Park Chanyeol ayah kandung Devlin.

“Demi Tuhan, saya ayahnya.”

“Saya ayah kandungnya.”

“Saya punya buktinya, saya gak bohong.”

“Saya cuma mau tau gimana kondisi anak saya.”

Tingkahnya yang membuat kegaduhan kembali mendatangkan petugas keamanan rumah sakit seperti dulu. Tubuhnya ditarik dengan kedua lengan yang dipegang petugas lalu sedikit didorong ke depan setelah sampai di luar lobby.