“Daddyyy bong-bong!!”
“Kok sekarang manggil bong-bong? Kenapa gak toyib?”
Luna berhenti lari, kepalanya noleh ke belakang liat temen laki-lakinya yang baru juga dijemput sama orang tuanya, “soalnya sekarang udah sering pulang sama Luna.”
“Dev dijemput siapa?”
“Dev dijemput uncle Joo.”
“Daddynya Dev mana?”
Dev natap Luna, matanya mulai berkaca-kaca dengar pertanyaan yang Luna ajuin untuknya, “daddy Dev gak ada.”
“Kemana?”
“Dev gak tau.”
Luna ngeraih tangan Dev karena dia ngerasa kasian, “gak boleh sedih, daddy bong-bong Luna bagi dua supaya bisa jadi daddynya Dev juga.”
Setelahnya Luna ngerogoh saku bajunya, dia ngambil dua buah permen cokelat, “ini buat Dev. Jangan sedih lagi.”
Calvin merhatiin mereka dari jarak beberapa meter. Uung bibirnya berdenyut dan perlahan ditarik nampilin senyuman tipisnya.
Beruntung Fabio punya Luna, atau Luna yang beruntung punya papa kuat kayak Fabio?
Yang jelas Calvin ngerasa bangga sama Fabio yang bisa ngerawat dan ngedidik Luna dengan baik, sementara dirinya sendiri harus berjuang dengan rasa sakit yang Nathan beri.
“Daahh, Dev! Luna pulang duluan, ya! Hati-hati..”
Luna lari sambil merentangkan kedua tangannya ke arahnya, dan Calvin refleks langsung membawa Luna ke dalam gendongannya.
“Luna mau ketemu papa.”
“Iya, kita ke sana.”
“Yeayyy! Naik motor atau mobil?”
“Perahu.”
“Wow ngelewatin lautan. Nanti Luna ajarin caranya ngomong sama paus!”
Ya ya ya.
Gimana Luna aja.
Calvin lagi males adu debat sekarang.