“Ini di mana?” Adalah pertanyaan pembuka yang setiap paginya Devlin ucapkan ketika bangun tidur.

“Di rumah sakit, sayang.”

Anak lelaki itu menatap ke arahnya dengan tatapan polos yang penuh kebingungan, “uncle siapa?”

“Ini papa.. bukan uncle.” Baekhyun menelan ludahnya yang pahit, entah berapa kali lagi ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

“Daddy?” Satu lagi pertanyaan yang selalu berhasil membuatnya sakit bercampur bingung.

Daddy yang mana yang Devlin maksud?

“Daddynya Dev mana?”

“Gak tau, Dev. Jangan tanyain itu ke papa.” Batinnya berseru.

“Papa!”

“Iya sayang?”

“Gak jadi.”

“Eh, Dev nanya apa tadi? Maaf papa gak denger.”

“Papa sedih, Dev gak jadi nanya.”

Hatinya berasa ditikam. Sebegitu kelihatannya, kah? Padahal Baekhyun selalu berusaha menahan ekspresi sedihnya.

“Papa mau minum.” Dev meraih segelas air putih di samping nakas tapi langsung Baekhyun ambil sebelum gelas itu diraih.

No.. Dev gak boleh minum, Dev mau kemo hari ini.”

Bertepatan dengan itu, dokter dan suster memasuki kamar. Baekhyun membungkuk sopan menyambut kedatangan mereka, dokter bilang kemoterapinya akan segera di mulai, jadi ia harus secepatnya bersiap dan memastikan Devlin dalam keadaan mood yang baik pagi ini.

Sepeninggal dokter, suster langsung memindahkan Devlin ke kursi roda lalu membawanya pergi ke ruangan khusus kemoterapi.

Baekhyun mengikuti di belakang, sesekali meminta suster untuk berhenti sebentar karena Devlin menangis terus sejak tadi.

“Sshhh, jangan nangis sayang.”

“Biar Dev cepet sembuh. Ada papa di sini, Dev gak sendirian.”

Percuma. Seberapa banyak ia menenangkan Devlin, anaknya itu terus menangis seakan tahu akan merasakan sakitnya efek bekas kemoterapi.

Orang tua mana yang tidak tega melihat anaknya yang masih kecil menjalani kemoterapi.

Tapi Baekhyun harus, ia harus tega karena itu demi kebaikan Devlin.

“Daddy.. Dev mau daddy..” katanya sembari menangis tersedu-sedu.

“Ada papa di sini, hm? Dev sama papa aja.”

“Mau sama daddy, daddy dimana papa?”

Ah, Devlin..

Kalau sudah begini Baekhyun harus bagaimana? Devlin mulai menanyakan lagi di mana daddynya.

“Daddy ke mana? Papa daddy mana?” Air matanya jatuh bercucuran, Baekhyun tidak memiliki banyak waktu untuk menghubungi Joo Hyuk.

Matanya melirik sekitar, mencari-cari alasan apa lagi agar Devlin mau mengerti.

“Daddynya Dev mana?” Tanya Devlin sekali lagi.

“Daddy Joo lagi kerja sayang.. sebentar lagi ke sini, nanti main sama Dev, hm? Dev sekarang nurut sama suster ya..”

Devlin menggeleng, “bukan.”

“Daddy Dev mana?”

“Lagi kerja sayang..” tangan Baekhyun terulur menghapus air mata Devlin.

“Bukan.”

“Daddynya Dev, Park Chanyeol.”

“Daddy di mana?” Anaknya itu berusaha turun dari kursi roda untuk mencari keberadaan daddy-nya.

Situasi makin tidak kondusif, suster kewalahan menangani Devlin sementara Baekhyun hanya bisa terdiam dengan keringat dingin yang mulai muncul.

“Daddynya Dev, Park Chanyeol.”

Kalimat itu terus berputar diotaknya.

“Papa daddy di mana?”

“Daddy ini Dev!”

“Daddy ada di mana?”

“Papaa..”

“Papaa.. Dev mau ketemu daddy!”

Baekhyun jatuh terduduk, matanya mulai memanas mengingat memori buruk yang berkaitan dengan pemilik nama itu.

Kenapa Dev?

Traumanya belum 100% kan?

Apa kehadirannya saja tidak cukup di hidup Devlin?

“Papa.. Dev mau ketemu daddy!”

“Papaa.. Dev gak mau pergi.”

Suara Devlin semakin jauh, suster membawa paksa Devlin, meninggalkan dirinya seorang diri.


Akhirnya update.. 🙂 Dilanjutnya kapan-kapan 😭🙏