“Dev tidur ya? Udah mau sore loh ini tapi Dev belum tidur siang.”
Anak kecil di hadapan Luhan masih setia memasang ekspresi murung sejak pagi.
Ditawari makanan, minuman, atau bahkan mainan baru pun tidak mempan. Luhan sampai kebingungan harus melakukan apa agar mood Devlin membaik, setidaknya mau diajak tidur siang.
“Uncle Lu mau nanya sama Dev.” Ia merendahkan tubuhnya. Kedua tangannya terulur memegang bahu kecil milik Devlin.
“Dev ngerasain sakit lagi, hm? Bilang sama Uncle Lu apa yang sakit.”
“Gak ada sakit.”
“Dev mau ketemu Daddy.”
“Daddy janji mau ke sini tapi Dev tunggu gak ada terus.”
“Daddy? Daddy siapa?” Mungkin pertanyaan Luhan terdengar bodoh tapi kenyataannya memang begitu. Takutnya ia salah dengar dengan perkataan Devlin barusan karena Chanyeol tidak mungkin berjanji sepeti itu, malah diizinkan untuk bertemu saja tidak boleh.
“Daddynya Dev, Park. Chanyeol.” Devlin sedikit menekankan nama lengkap Daddynya.
“Padahal Dev udah siapin robot buat main bareng sama Daddy.”
“Daddy gak dateng terus.”
“Mungkin Daddy gak mau ketemu soalnya kemarin Dev nakal, ya?”
“Dev nakal rusakin mobil polisinya.” Devlin menangis kembali dengan suara tangisannya yang menyayat hati bagi setiap orang yang mendengarnya.
“Dev cuma mau main sama Daddy.”
“Pengen disuapin makan, sama dinyanyiin lagu waktu mau tidur Uncle Lu..”
“Anterin Dev ke rumah Dad-dy.”
“Iron Man juga nunggu Daddy.”
“Iya kan Iron Man? Daddy kemana gak kesini terus?” Devlin berbicara pada robot Iron Man dengan air mata yang membanjiri kedua pipinya.
Luhan mengirim Baekhyun pesan, menanyai apa Chanyeol datang menemui Devlin kemarin-kemarin karena sudah 3 hari ini keponakannya itu selalu dalam mood yang tidak bagus.
Robot Iron Man yang sedang dipeluknya tidak pernah terlepas barang sedetik pun, mau itu saat sedang makan, menonton film, tidur, dan pergi ke toilet.
Iya, Mas Chanyeol dateng.
Mas Chanyeol diem-diem masuk ke kamar waktu kita lagi di toilet.
Mas Chanyeol nyuruh Kai ngurusin kerjaan di kantor makanya Mas Chanyeol bisa masuk.
Matanya melirik Devlin yang masih menangis sembari berbicara sendiri pada mainannya. Lalu kembali fokus pada ponselnya dan mulai membalas pesan dari Baekhyun.
“Dad— ah sakiiittt.” Ia terkejut dengan erangan kesakitan Devlin.
“Sakiitt..”
“Sa—sakit.”
“Dev! Sayang? Liat Uncle Lu sayang, liat ke sini!”
Aliran darah banyak keluar dari hidungnya saat Devlin mengangkat wajahnya.
Tubuh kecil nan rapuh itu mengejang berkali-kali, Luhan membiarkannya tetap seperti itu karena jika dipeluk atau dipegang takut terjadi apa-apa.
Segera ia menekan tombol darurat.
“Dev sayang tunggu sebentar..”
“Dev tunggu dokter dateng sebentar lagi.” Tangannya bergetar hebat melihat dari dekat Devlin yang kejang-kejang.
Luhan mengambil banyak tisu untuk menyeka setiap tetesan darah yang mengotori selimut dan sprei.
“De—dev sebentar la—lagi dokter dateng sayang, tunggu sebentar.”
Tapi sudah 2 menit berlalu belum juga ada yang datang. Luhan bangkit, atensinya menatap pintu lalu pindah menatap Devlin.
Berbekal perasaan takut ia berlari menuju meja informasi, meninggalkan Devlin yang masih kejang dan tanpa Luhan ketahui nafas Devlin tersendat-sendat.
Mulutnya terbuka, matanya memutih, darah dari hidung mengalir ke mana-mana, dan kepalanya mendongak ke atas.
“Dad—ddy..”
Robot Iron Man yang dipeluknya terjatuh, membentur permukaan lantai dengan keras sampai pecah beberapa bagian.
Kesadarannya lenyap.