Fabio ada di sana,
Harusnya Calvin tenang karena didepannya sekarang ada orang yang selama ini jadi beban pikirannya, tapi bukan kayak gini jalannya.
Maksudnya, beratus-ratus cara atau bahkan berjuta-juta cara kenapa harus pas nganterin seblak ketemunya?
Lagian kenapa juga Fabio ada di Bandung? Terus si kucritnya mana?
Calvin tiba-tiba mundur lima langkah padahal baru aja mau ngelangkah masuk ke pekarangan rumahnya.
Cowo itu kira Fabio cuma sendirian di sana. Ternyata ada satu orang lagi yang keluar dari pintu pake pakaian rapih.
Calvin tebak pasti itu suaminya karena ia masih inget wajah orang yang sempat saling pandang sewaktu di warung ketoprak dulu. Selain itu, gerak gerik dari mereka berdua yang keliatan seperti sepasang suami-suami.
Matanya terlalu fokus ngeliat interaksi mereka sampai Fabio natap kearahnya,
“Tunggu di situ! Jangan keluar. Tunggu!”
Calvin ngebaca pergerakan mulut Fabio,
“Nunduk-nunduk, jangan berdiri!”
“Hah? Oke oke gue jongkok.”
...
...
...
“Sebenernya gue lagi ngapain anjir?”
“Nganterin seblak udah kayak kegep selingkuh disuruh sembunyi-sembunyi segala.”
Calvin ngintip ke celah semak yang kecil. Fabio dan suaminya masih ada di sana, cowo itu cuma bisa ngehela nafasnya pasrah sambil nunggu gilirannya.
Giliran keluar buat nganterin seblak maksudnya.
Yang dia lakuin sekarang cuma nunduk merhatiin sekaligus hitungin berapa jumlah barisan semut yang lagi jalan ke sarangnya.
“Mana seblaknya?”
“Ayam! Ayam!” Calvin langsung berdiri setelah dikagetin dengan suara Fabio.
“Sini seblaknya.”
“I-ini.”
“Gara-gara kamu ini.”
Lah?
Seingetnya Calvin baru ketemu lagi sama Fabio sekarang, emang ada bikin salah?
“Kok gue?”
“Iya! Gara-gara kamu yang ngeracunin, Luna jadi hobi makan seblak.”
Muka Calvin yang kebingungan berubah jadi sinis denger omongan Fabio yang ngefitnah dirinya.
Seharusnya yang pantas disalahin itu si Ken!
Iya, si Ken.
Dia yang ngeracunin si kucrit makan seblak.
“Idih apa-apaan. Gue suka seblak aja enggak anjir.”
“Bohong banget.” Fabio ngelipat kedua tangannya di dada.
“Lo kalau mau nyalahin itu ke si Ken bukan gu—”
“WAAA ADA DADDY BONG-BONG DI SINI!!!!”
Calvin tutup telinga karena suara melengking juga keras langsung ngerusak indera pendengarannya.
“Daddy Bong-Bong jualan seblak?”
“Gak jadi tukang sulap lagi dong?”
“Kenapa?
“Padahal Luna sukanya Daddy Bong-Bong jadi tukang sulap.”