Fabio jalan di belakang Calvin, daritadi tangannya terus bertaut, kata-kata Calvin tadi masih buat dirinya salah tingkah.

Daddy udah sama papa.

Sksksksk.. apa sih Callll. Kalimat yang bagi Calvin anggap sebuah candaan, atau mungkin sengaja(?) Itu ternyata punya efek lumayan besar dihati Fabio.

Maksudnya apa Calvin bilang gitu?

Tuh, kan. Pipinya mulai panas lagi kalau inget tadi.

Sepanjang jalan ke pagar depan Fabio terus nundukin kepalanya, dia juga gigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Calvin mulai naikin vespa beserta nyalain mesinnya.

“Udah gak marah?”

Kepalanya menengadah, “siapa yang marah?”

“Gak tau tuh siapa.” Iseng Calvin.

“Aku gak marah.”

“Masa?”

“Yaudah kalau gak percaya.”

“Terus kenapa gak bales chat?”

Satu alis Fabio naik, pikirannya jadi bingung lagi sama kata-kata yang keluar dari mulut Calvin.

Calvin garuk tengkuknya sendiri. Suasana berubah jadi canggung karena pertanyaannya tadi ambigu.

“Aku sibuk bersihin rumah.”

“Ooh..”

“Iyaa..”

“Jangan lagi ngerasa insecure.”

“Hng?”

Lagi.

Fabio lagi-lagi bingung sama sikap Calvin hari ini.

“Fabio gemuk? Enggak tuh, tubuh kamu ideal.”

“Bau? Bau apaan? Bau bedak bayi iya, bau itu yang selama ini kecium setiap deket kamu.”

“Jelek? Hhh...” Calvin ngedengus kesel,

“Emang udah jadi tabiatnya dulu si Nathan gak bersyukur bisa milikin kamu sebagai suaminya.”

“Liat bintang itu?” Calvin tunjuk bintang-bintang yang muncul di langit malam hari ini.

“Jaraknya jauh sama kita yang ngeliatnya, kan? Tapi walaupun begitu tetep aja cantik dan enak diliat.”

“Sama halnya kamu, dasarnya udah cantik. Jadi, mau diliat dari depan, belakang, bawah, atas, atau samping tetep cantik.”

“Tau kata yang lebih tinggi tingkatannya dari cantik?”

“Apa?” Fabio balik tanya.

“Sempurna.”

Semburat merah muncul dikedua pipi Fabio, beruntung mereka lagi ada di keadaan yang gelap karena lampu pagar yang mati.

“Udah, ya. Aku izin pulang, kalau ada apa-apa kasih tau aku, hm?” Tangan besar Calvin diangkat lalu ngusak pelan rambut halus Fabio.

“Inget. Jangan pernah ngerasa insecure, kalau Fabio lagi ngerasa gak percaya diri, Fabio bisa percaya kata-kata aku.”

“Masuk gih ke dalem. Hari ini udara lagi dingin-dinginnya.”

Fabio ngangguk, dia turutin apa kata Calvin, pagarnya dikunci dan berlalu jalan ke arah pintu.

Sementara Calvin masih di sana, merhatiin Fabio sampai lelaki yang dia sebut sempurna tadi masuk dengan aman ke dalem rumahnya.

Setelah tubuh mungil itu hilang dari pandangannya, Calvin mulai narik gas, bergegas buat pulang karena hari udah nunjukin jam sepuluh malam.


Haii, mulai hari senin-sabtu aku kembali sibuk lagi 😷

Jadi, maaf kalau updatenya nanti lamaaa dan sedikiiitt.