“Halo?”

Kamu kemana aja sih?

“Kemarin kan aku udah bilang kalau ada urusan.”

Sesibuk itu sampe bales chat dan gak angkat telepon?

“I—iya.”

Pasti Baekhyun! Dia bodoh-bodohin kamu supaya ngejauh dari aku, iya kan? Kamu brengsek. Aku lagi hamil—

“Stop bawa-bawa nama Baekhyun!” Chanyeol meninggikan suaranya.

“Kamu tau apa tentang aku dan Baekhyun? Berapa kali aku bilang kalau aku sama dia udah cerai, gak ada hubungan lagi!”

“Hidup aku gak setiap hari 24 jam melulu harus kamu. Aku punya kesibukan pribadi. Udah jelas kamu hamil anak aku jadi gak usah diulang-ulang lagi kalimat itu!”

“Jangan jadi egois, Hani.”

Terdengar suara isakan di seberang sana.

Hani pasti menangis akibat ulah Chanyeol yang membentaknya tadi.

Kamu enak bisa bebas pergi ke sana ke sini tanpa mikirin beban. Sedangkan aku? Aku gak bebas, aku harus sembunyiin kehamilan aku sekarang.

Kamu kapan nikahin aku sih, Yeol? Jadi aku gak perlu sembunyi-sembunyi lagi karena orang mikirnya kita udah nikah.

Kamu masih dibayang-bayangi masa lalu.

Hani memutus sambungan teleponnya.

Chanyeol menghela nafas, niatnya ingin meminta maaf tapi ia sudah emosi duluan mendengar perkataan Hani yang selalu menyinggung Baekhyun.

Baekhyun, Devlin, dan pria yang bersamanya kemarin..

Emosinya kembali meningkat, tangannya melempar sebuah gelas kaca yang ia pegang sampai pecah.

Baekhyun hanya mengabaikannya, itu bukan masalah besar, bukan?

Ia sendiri yakin jika perasaannya pada mantan suaminya itu sudah lama musnah, bahkan mungkin dari awal dia tidak pernah menaruh hati.

Ingatkan Chanyeol bahwa Baekhyun hanya bagian dari masa lalunya.