Hari ini sampai besok adalah hari-hari tersibuknya mempersiapkan acara pernikahan yang tinggal 3 hari lagi.

Chanyeol mencuri-curi waktu untuk menyempatkan diri mendatangi rumah sakit yang orang suruhannya katakan.

Setiap langkah yang ia ambil membuat detak jantung berdegup kencang.

Pintu lift terbuka. Ia sudah sampai di lantai 3 dan waktunya mencari kamar bernomor 132.

129

130

131

Degup jantungnya semakin kencang. Tinggal satu kamar lagi.

132

Ia mengintip di balik pintu. Inginnya berpikir positif tapi dugaanya diperkuat saat bertemu Kai waktu itu.

Matanya menangkap sosok Luhan yang berdiri membelakangi pintu sehingga ia tidak bisa melihat siapa yang ada di ranjang, dan ada Kai juga di sana sedang duduk sembari mengaduk-aduk mangkuk berisi makanan.

Ia mendorong paksa pintu kamar.

“Daddy!”

Devlin, anak kandungnya— menyambutnya dengan sumringah sementara dirinya mendadak kaku dengan tungkai yang tiba-tiba lemas.

Wajah Devlin yang pucat, tangan kecilnya yang diinfus, selang oksigen yang terpasang di hidungnya, rambut yang dicukur habis sampai botak, serta perban dan plester yang tertempel hampir menutupi sebagian kulit kepalanya.

Ini adalah pemandangan paling buruk yang pernah Chanyeol lihat.

“Anak Daddy kenapa bisa gini?” Ucapannya bergetar hebat.

“Chanyeol lo pergi dari sini!” Kai menarik tubuh Chanyeol sampai keluar kamar.

Lihat! Untuk melawan pun ia tidak sanggup saking lemasnya.

Masih dengan tatapan yang mengarah pada Devlin yang sedang memanggil-manggil namanya dari dalam.

“Daddy mau ke mana?”

“Daddy!”

“Uncle Lu, Dev mau ke Daddy.”

“Daddy ke sini!”

“Dev mau turun, mau keluar sama Daddy!” Ia melihat Luhan yang sekuat tenaga menahan pergerakan Devlin.

“Pergi, Yeol!”

Matanya menatap nyalang kepada Kai, “anak gue sakit tapi bisa-bisanya kalian nutupin hal penting ini dari gue.”

“Lo gak ada hak buat tau.” Ucap Kai santai.

Emosinya tersulut. Tidak ada hak katanya? Statusnya masih sama yaitu ayah kandungnya dan selamanya akan tetap begitu.

“Gue ayah kandungnya kalau lo lupa.”

“Di mana Baekhyun?”

“Biarin gue masuk.”

Chanyeol memaksakan diri untuk masuk tapi tenaga Kai terlalu kuat. Semua orang di lorong terkejut dengan keributan yang dibuat.

“Gue bilang lo pergi sebelum suster manggil penjaga buat ngusir lo.” Ancam Kai.

“Anak gue di sana! Anak gue sakit! Gue Daddynya! apa yang salah sama kedatangan gue ke sini?” Suara Chanyeol meninggi membuat keadaan semakin ricuh.

“Daddy! Dev mau ke Daddy!”

“Uncle Lu bukain pintunya.”

“Daddy jangan pergi.”

“Daddy hiks.”

Suara Devlin yang bercampur dengan tangis membuat Chanyeol semakin kacau.

“Kai, gue mohon! Gue mau Devlin.”

Seorang suster yang melihat langsung menghubungi penjaga untuk membubarkan keributan.

1 lawan 2 tentu saja ia kalah. Kai dan penjaga menyeret Chanyeol sampai benar-benar menjauhi Paviliun D.