Hari terakhirnya di rumah sakit bikin Fabio superr kangen Luna.

Kebetulan malem ini Luna ngehubungin dirinya buat ngajak video call lewat hp sang ibu.

Kayak biasa, Luna, si anak ceria, mulai cerita panjang lebar tentang kesehariannya di sekolah.

“Papa, tadi Luna dapet 5 bintang dari ibu guru,”

“terus Luna dikasih griptok buat makan siang sama Dev.”

Fabio ngerutin dahinya begitu denger ada yang salah dari ucapan Luna, “griptok?”

“Iya, griptoknya enak sama kayak bikinan papa.”

Sejenak Fabio arahin pandangannya ke langit-langit kamar, mikir keras apa yang dimaksud Luna tadi.

“Roti BreadTalk bukan griptok, Lunaaa...”

“Ah sama aja.”

Fabio berdesis pelan, sudut bibirnya keangkat jelas dengar ucapan Luna yang sedikit ngehibur rasa bosennya.

“Besok Luna pengen dijemput daddy bong-bong ya ya ya.”

“Enggak, Luna gak boleh ngerepotin orang.”

“Yah.”

“Siapa daddy bong-bong tuh, Luna? Dari kemarin ngomongin dia terus.”

Oops.

Ternyata ada ibunya yang lagi nguping pembicaraan mereka, Fabio jadi canggung.

Pasti ibunya ngerasa risih denger sebutan daddy bong-bong yang diucapin Luna setiap saat.

“Daddynya Luna, oma.”

😭

Fabio panas dingin. Takut sama jawaban ibunya karena dulu dia pernah bilang kalau Luna cuma iseng.

“Daddynya Luna yang gaaaaaaanteng tapi galak sedikiittt.”

Udah udah.

Fabio gak tahan dengernya.

“Luna, tidur yuk? Udah malem. Besok kan sekolah.”

“Tapi mau dijemput daddy bong-bong.”

“Jemput sama oma aja ya sayang, Luna jangan aneh-aneh.”

“Yaudah Luna gak mau tidur.”

“Iya-iya dijemput sama daddy bong-bong nanti. Kalau daddy bong-bong gak sibuk.” Ucapnya final.

Setelahnya video call tadi diputus sepihak sama Luna yang lagi loncat-loncat kesenengan di seberang sana.