Ia merasa tidak berguna.

Devlin anaknya, kan? Tapi dirinya tidak bisa berperilaku selayaknya Daddy yang baik.

Untuk sekedar melihat bagaimana rupa anaknya pun tidak bisa. Ranjang tempat anaknya tidur selalu tertutup gorden.

Baekhyun yang kerap kali berbicara ketus atau bahkan tidak mau berbicara saat ia tanyakan kondisi Devlin.

Chanyeol rindu Devlin.

Ingin sekali memeluk putra semata wayangnya, ingin menghiburnya saat Devlin merasa bosan, ingin menyanyikannya sebuah lullaby saat Devlin hendak tertidur, dan ingin bermain bersama mainan Iron Man yang dulu pernah ia beri seperti yang Devlin harapkan.

“Tunggu Daddy ya anak baik.” Jarinya menyentuh kaca kecil di pintu kamar bernomor 132.

Matanya menatap sendu gorden putih yang setia menjadi pemandangannya.

Pendengarannya masih cukup baik untuk mendengar suara Devlin yang tertawa saat Kai menemaninya bermain. Chanyeol iri.

Berandai-andai kapan saatnya ia akan begitu?

Selain suara tawa Chanyeol juga sering mendapati Devlin yang menangis seperti sekarang,

“Ssttt.. Dev jangan nangis.”

“Jangan nangis sayang, ada Papa di sini. Kenapa, hm?”

“Bosen, ya? Dev bosen diem di sini terus?”

“Anak Papa hebat. Sini Papa temenin lagi main Iron Man, ya?”

Selalu Iron Man. Chanyeol tersenyum mendengarnya.

“Gak mau!”

“Dev mau main sama Daddy. Gak mau main lagi sama Papa, Uncle Kai, atau Uncle Lu.”

“Dev mau Daddy hiks.”

“Dev kangen sama Daddy.”

“Papa.. hiks— ajak Daddy main sama Dev di sini.”

“Dev mau Daddy..”

Lelehan air mata meluncur bebas dari pelupuk matanya, tangisan pilu anaknya membuat hati Chanyeol sakit.

Chanyeol dan Devlin saling merindukan.

“Daddy setiap hari di sini sayang.”

“Nunggu Papa izinin Daddy ketemu Dev.”

“Sabar sebentar lagi. Nanti Daddy pasti temenin Dev.”

Matanya menatap langit-langit, tak mau membiarkan air matanya kembali keluar, ia harus tampak baik-baik saja.

Chanyeol mendekati meja informasi. Diam-diam menitipkan sebuah makanan atau mainan baru kepada suster.

Setiap hari ia selalu begitu. Berharap rasa rindu anaknya yang ingin bertemu tersalurkan.

“Buat sekarang lewat suster dulu, besok-besok Daddy yang kasih langsung.”

“Daddy mau kerja dulu. Nanti ke sini lagi liat Dev.”

Chanyeol berpamitan di pintu kamar lalu segera pergi.