Iya sih Luna aman bersama Calvin, tapi..
“Luna astaga jangan disitu.”
“Ya Tuhan Ya Tuhan jangan main disitu.”
“Diem disitu!”
“Ini bukan lapangan, jangan lari-lari kenapa sih?”
“Kalau jatoh gak akan gue tolongin.”
DUK!
“Huee.” Si kucrit Luna itu menangis memegangi dahinya yang terantuk gagang pintu kamar mandi.
“Nah kan baru juga gue bilang. Hhh.” Calvin mengacak rambutnya asal, ia kesal dengan tingkah Luna yang tidak mau diam dan tidak mau mendengarkan ucapannya.
“Huee berdarah Daddy..” Katanya setengah menjerit.
Mendengar kata darah Calvin langsung mengambil kotak P3K di lemari dan segera menghampiri Luna yang masih menangis.
“Makanya kalau gue ngomong tuh dengerin!”
“Syukurin berdarah.”
“Benjol benjol tuh nanti.”
Mulutnya mengoceh dengan pandangan yang fokus mencari obat betadine serta plester.
“Mana gue liat?” Calvin mulai mengecek lukanya.
“Lah?”
“MANA LUKANYA???”
“Hehe prank.”
“Om Ken! Luna berhasil prank Daddy!! Mana seblaknyaa?” Luna ngibrit menuju Ken yang sedang makan seblak di luar kamarnya.
Anj—
“Daddy! Luna makan seblak!”
“Mau gakk???”
“Luna abisin, jangan minta!”