Jika Kai bilang “Urusan gampang” itu berarti benar-benar urusan gampang.

Sebab ia tahu siapa orang yang bisa membuat Baekhyun tenang.

“Besok Daddy ke sini? Dev tunggu!” Ada anak kecil bersorak senang di sana.

Tubuhnya masih banyak ditempel peralatan medis, selang oksigen berganti dengan nebulizer sebagai alat bantu pernapasannya.

“Iya besok ke sana.”

“Dev mau dibawain apa?”

“Robot Iron Man!”

“Ada lagi?”

Yang ditanya sejenak terdiam, memikirkan apa yang ia mau.

“Mmm.. gak ada.”

“Ok! Nanti dibawain. Dev harus nurut sama Papa di sana, ya?”

“Papa? Siapa?”

“Papa Baekhyun.”

“Oh iyaa, Dev nurut terus sama Papa.” Mata puppy turunan Papanya mengerling.

“Daddy cepetan ke sini nanti main bareng sama Dev. Main robot Hulk!”

“Robot Iron Man sayang..”

“Hulk.”

“Iron Man loh.. tadi mintanya robot itu bukan Hulk.”

“Robot Hulk, Dad..” suaranya mulai merengek, kekeh dengan sebutan Hulk bukan Iron Man.

“Iya iya robot Hulk.. sekarang Dev tidur, ya? Daddy mau ngobrol sama Papa.”

“Iya, Papa.. ini Daddy..”

Seseorang mengambil alih ponsel lalu berpindah tempat menjauhi posisi Devlin.

“Maaf Kak Joo.”

“Gak apa-apa, Baek. Saya ngerti.”

Selama percakapan Devlin dengan Joo Hyuk tadi, Baekhyun terus mengigit bibirnya lantaran merasa tidak enak sekaligus canggung Devlin menyebut Joo Hyuk dengan panggilan Daddy.

“Mmm.. iya, Kak.”

Video callnya matiin, Baek. Devlin keliatan ngantuk tadi takutnya saya ganggu dia.”

Baekhyun mengangguk, “Kak Joo safe flight, ya.. maaf aku ngerepotin.” Setelahnya layar ponsel menghitam tanda sambungan sudah terputus.

“Papa..”

“Papa?”

“Papa Baekhyun.”

“Iya sayang Papa di sini.”

“Daddy namanya siapa?”

“Dev udah nanya berkali-kali loh..”

“Daddy Jae? Do? Joo?”

“Joo.. Joo Hyuk namanya. Tidur, ya? Papa usapin punggung Dev.”

Netranya menatap lekat wajah sang anak yang mulai terpejam, mulutnya terbuka mengalunkan lullaby dengan suara yang merdu dan menenangkan.

“You're my sunshine..”

“My only sunshine..”

“You make me happy, when skies are gray.”

“You're never know dear, how much i love you.”

“Please don't take my sunshine away..”

Baekhyun terlalu takut membayangkan hari esok.

Fase itu sudah datang..

Tumor otak membuat Devlin kehilangan ingatannya, meski tidak sepenuhnya hilang tapi itu sudah membuat hati Baekhyun sesak.

Ia tidak menyalahkan takdir.

Ia menerimanya dengan ikhlas, namun hanya satu yang tidak bisa diterima,

Tidak apa-apa jika Devlin melupakan banyak ingatan asalkan jangan melupakan dirinya sebagai Papanya.

Mau marah tapi tidak bisa.

Setiap detik Baekhyun harus menerima pertanyaan menyakitkan ketika Devlin mulai bertanya siapa dirinya.

“Please.. don't take my sunshine..” satu kata terakhir dari lirik lagunya hilang termakan isak tangis.

“Away..”