“Papaaaa.. udah selesai belum?” Teriak Luna dari luar kamar Fabio.
“Udah kok ini tinggal beresin sprei dulu.”
“Luna tunggu di luar ya, paa..”
“Oke, jangan lari-lari takut jatuh.”
“Siap, papa cantik!”
Fabio ketawa gemes denger ucapan Luna yang ngebuat moodnya naik.
Seperti biasa, rutinitas paginya selalu kayak gini. Selesai ngurusin Luna, Fabio ngurus dirinya sendiri buat bersiap pergi nganter Luna ke sekolah, lalu pergi bekerja.
Fabio keluar kamar, dia kembali ngecek paperbagnya takut-takur ada barang yang ketinggalan.
“AAAAAAA LUNA TAKUT PAPAA...”
Tubuhnya tersentak denger teriakan Luna yang melengking dari luar, Fabio bergegas lari ngecek apa yang terjadi sama putri semata wayangnya itu.
“Papa ada hantu!”
“Gak mau! Luna gak mau keluar, gak mau sekolah.”
“Luna takut ada hantu di luar!”
Dirinya ditubruk Luna, tangan kecil Luna langsung melingkar erat dipinggangnya.
“Hantu darimana? Luna salah liat kali.”
“Papa liat aja sendiri. Luna takut.” Luna ngerengut ketakutan di balik tubuh Fabio yang berjalan maju ke pintu.
“JESUS CHRIST!”
Fabio ikut teriak liat sosok yang ngebuat Luna takut. Tangan kanannya ngusap dada, dan tangan kirinya mijit dahinya sendiri.
Gak habis pikir dengan apa yang diliatnya. Pantes Luna takut orang bentukannya bikin kaget.
“Papa ayo ke mobil, Luna takut. Ayo pergi!”
Ajaib!
Tubuh Fabio langsung keseret gitu aja sama tenaga anak kecil, tangan dan kakinya bergerak lincah ngendarain mobil ninggalin urusan tadi yang belum selesai karena desakan Luna.