Perasaan kalut dan paniknya tadi pagi masih terasa hingga sekarang, namun kini perasaan marah lebih mendominasi.
Tangan mencengkeram kemudi mobil dengan kuat.
Demi Tuhan, ia sangat marah sekarang. Tidak habis pikir dengan apa yang terjadi.
Bounty Club adalah tujuannya. Tempat di mana Baekhyun berada.
Jika dipikir-pikir untuk apa Baekhyun ada di sana? Anaknya kan sedang sakit.
Tapi Baekhyun malah menitipkannya pada Kai dan Luhan. Bukankah Devlin adalah tanggung jawabnya?
Tidak becus.
Apa Baekhyun sedang jual diri?
Sekurang itu kah finansialnya sekarang sampai-sampai berani ke club untuk jual diri?
Chanyeol ingat Baekhyun sangat membenci club, bar, dan semacamnya.
“Dasar jalang.”
Ia berdecih jijik membayangkan perilaku Baekhyun yang sangat berubah drastis semenjak bekerja sebagai model.
Setelah menyogok penjaga dengan beberapa juta uang akhirnya Chanyeol berhasil masuk.
Hingar bingar nuansa club terdengar memuakkan di telinganya. Mata bulatnya menoleh ke sana ke mari mencari sosok mungil.
Chanyeol naik ke lantai 2.
Lantai 2 tidak sepenuh dan seberantakan lantai 1 sehingga memudahkannya mencari Baekhyun.
Chanyeol berjalan ke pojok kiri, tempat yang cukup gelap dan tertutup.
“Baekhyun pasti lagi ngelayanin.” Ucapnya percaya diri.
Bibirnya mengucapkan beberapa kali umpatan kasar dan sumpah serapah yang ditujukan untuk Baekhyun.
Dirinya diselimuti rasa dendam. Jika bertemu Baekhyun nanti ia tidak akan main-main menyakiti Baekhyun, tidak peduli sebanyak apa Baekhyun memohon padanya.
Ia tidak akan sudi memaafkan mantan suaminya itu.
Semuanya akan Chanyeol lakukan demi Devlin, anak kandungnya.