Satu suapan masuk ke dalam mulutnya dengan tenang.
Meski kelihatannya tenang tapi hatinya sudah ketar-ketir akibat tingkah anak kecil disampingnya.
Calvin geser sedikit,
Anak kecil itu ikut geser.
Calvin geser lagi,
Anak kecil itu ikut geser lagi.
Sampai tiba di ujung bangku yang sudah mau habis Calvin berdiri membawa piring ketopraknya, lalu pindah ke tempat duduk lain.
Inhale
Exhale
Inhale
Exhale
Mata bulatnya celingak-celinguk memastikan anak kecil itu tidak mengikuti dirinya.
“Oke.” Calvin membeo dan kembali melanjutkan acara makan ketopraknya.
Anak kecil tadi sudah mulai makan bersama orang tuanya. Itu artinya ia tidak akan mengganggu Calvin lagi.
Tubuhnya setengah berdiri mengambil teko dan menuangkannya ke dalam gelas.
Namun saat Calvin melirik ke samping ia mendapati anak kecil tengah memperhatikannya tajam.
“Anjir anjir” Umpatnya dalam hati. Calvin segera memutus pandangannya.
Masih bersikap tenang, ia memasukkan satu suapan penuh. Batinnya menjerit ingin segera selesai lalu pergi ke kampus.
Lagipula anak kecil itu kenapa, sih?
Terus apakah orang tuanya sadar bahwa anaknya memperhatikan dirinya?
Tubuh Calvin merinding disko. Baru kali ini mendapat kejadian tidak mengenakkan.
BRAKK!
“PA, DADDYNYA INI AJA!” Suara teriakan kecil yang melengking terdengar.
Calvin berhenti makan. Ia dengan hati-hati melirik sekitar karena keadaan tiba-tiba menjadi sepi.
“Yang ini aja Daddynya!”
Tubuhnya tegang bak patung.
Anak kecil sudah tepat berada di depan dengan jari telunjuk yang mengarah padanya.