Sebuah keajaiban pulang kuliah cepet gak kayak biasanya, Calvin langsung meluncur pergi begitu manasin motor vespanya. Hari ini dia berinisiatif pengen jemput calon an— Luna di sekolahnya sambil berharap semoga Luna ada di sana.
Calvin pengen bales dendam kali ini, bales dendam bikin Fabio kesel maksudnya. Setelah kemarin gagal ke rumah Fabio karena driver ojek onlinennya banyak drama, dia mutusin buat nyulik Luna lagi.
Matanya dengan cepat ngelirik halaman sekolah yang biasa Luna jadiin tempat berdiam diri sambil nunggu Fabio ngejemput.
Hati Calvin bersorak girang, Luna ada di sana lagi makan cilor jeletot abang-abang jualan.
“Luna..” Calvin senyum lebar.
Seorang guru yang Calvin te ak itu Miss Kirana keluar dari pintu sebuah ruangan yang ada di belakang Luna.
“Loh, saya kira papanya Luna.”
“Luna sekarang yang jemput siapa? Papa atau daddy jadi-jadian ini?”
Jadi-jadian katanya..
Ekspresi Calvin berubah datar, kalau gak inget Miss Kirana itu perempuan udah Calvin ajak sparing di lapangan sekolah.
“Selamat sore, maaf saya telat, Miss.”
Tiga orang di sana sontak noleh ke sumber suara yang baru aja datang.
“Loh loh.. ini Calvin ngapain di sini?”
“Jemput anak aku.”
“Jangan sin—hnmphh..” bibir Fabio dibekap dengan tangan besar Calvin.
“Aduh, maaf ya Miss maklum Papa Fabio lagi hamil muda jadi emosinya labil.”
“Hamil?”
“Iya Miss, Puji Tuhan udah nginjak usia 3 bulan.”
Tangan Fabio yang bebas langsung nyubit pinggang Calvin sampai si empunya ngeringis sakit.
“Ayo Luna cepet.. cepet...” Fabio narik tangan Luna berusaha pergi dari lingkaran setan yang Calvin buat.
“Papanya Luna lagi hamil? Kok gak liatan? Gimana bisa?”
Tatapan nyalang Fabio berikan ke arah Calvin setelah denger rentetan pertanyaan yang Miss Kirana ajuin.
“Iya nih kurang gizi. Makannya susah jadi gak keliatan perutnya.” Kata Calvin tanpa dosa.
“Ayo Luna buruan pergi.”
“Luna ayo lari...”
“Papanya Luna sehat, kan? Kok kayak ketakutan gitu?”