Tags : WARN! Kekerasan.

“Sshhh.. lepasin mas sakiittt.”

“Tolong jangan kayak gini, mas.”

“Sakiittt..”

“Maaf maaf maaf mas.”

“Jangan lagi.”

“Gak, mas. Aku mohon udah cukup.”

“Arggh.. sakit. Jangan di sana, lukanya masih basah.”

“Mmmphh— ampunn..”

Suara jeritan, tangisan, dan meminta ampun dari Fabio bergema di dalam ruangan.

“Tolonngh..”

DUGH!

Kepalanya Nathan hantam ke arah tembok.

“Sakit ini, mas. Aku minta maaf.. maaff.. mas.”

Srekk!

“Mas Nathan ma—mau ngapain?” Kesadaran yang tadi sudah setengah mendadak kembali sewaktu suaminya mulai merobek paksa pakaian atas yang Fabio pakai.

Panik.

Fabio panik setengah mati.

“Ja—jangan, mas. Ya Tuhan jangan.”

Tangisanya kembali pecah.

“Jangan, mas. Aku minta maaf.. aku takut...”

“A..aku minta maaf..” rambut belakangnya Nathan jambak, lelehan air mata berlomba-lomba keluar dari kedua sisi mata Fabio.

Demi Tuhan, Fabio takut. Mas Nathan yang dia lihat sekarang bukan suaminya.

Semua hukuman yang suaminya kasih lebih-lebih menyakitkan dibanding dulu.

Perutnya ditonjok, pipinya ditampar berulang kali, kakinya diinjak keras, paha dan bahunya dipukul, dan juga Nathan mendorongnya ke arah tangga.

Beruntung tangganya tersedia pegangan jadi dia gak sampai jatuh.

“ARGGH SAKIITT— AMPUN MAS!!!”

Kulit putih mulusnya dicakar sampai berdarah.

Kesadarannya kembali diambang batas.

Rasa ngilu dan perih mendominasi. Fabio berkali-kali minta tolong tapi gak ada satu pun orang yang datang.

“Mmhhh..”

Sekarang mulutnya disumpal sapu tangan. Kesempatan buat minta tolongnya semakin sedikit.

Sementara Nathan terus menjalankan aksinya menghukum suami mungilnya yang sudah gak berdaya.

“Terima hukuman lo!”

“Gak usah sok merasa paling tersakiti.”

“Lo berani ngacauin aktivitas gue.”

Nathan marah. Waktu berduaannya dengan Jihan dipergoki Fabio yang datang ke rumah tanpa dia tahu.

Rencana having sexnya gagal padahal nafsu birahinya sudah tinggi.

Jihan kabur dan cuma ada Fabio di sini.

Nafsunya masih tinggi. Dia mau lampiasin ke suaminya itu. Tangannya berusaha melepas semua kain yang ada di tubuh Fabio, gak peduli seberapa kuat Fabio melawan, Nathan tetap paling kuat di sini.

“BANGSAT! LEPASIN FABIO!!”

Seseorang datang mendobrak pintu kamar yang kekunci.

Nathan berjengit kaget, dia segera pura-pura membelai Fabio dengan lembut.

Bahkan dia memeluk Fabio seolah gak terjadi apa-apa.

“Apa-apaan ini?”

“Lo siapa hah beraninya dateng?”

“HARUSNYA GUE YANG TANYA LO SIAPA BERANINYA PERLAKUIN FABIO KAYAK GINI!” Calvin berteriak marah.

BUGH!

Nathan tersungkur, punggungnya ngehantam pinggiran meja dengan keras.

Tiga orang polisi datang membawa sembari nodongin senjata ke arahnya.

“Biar kami yang urus.” Satu polisi angkat bicara.

Calvin ngangguk dan segera ngehampirin Fabio yang terkulai lemas.

“Fabio, liat gue.”

“Fabio tolong liat gue!”

“Jangan. Lo harus sadar, harus sadar.”

“Ada gue di sini. Lo harus sadar.” Suara Calvin bergetar liat pemandangan Fabio yang memprihatinkan.

Bercak darah di mana-mana, luka di tangannya yang masih basah berdarah, dan—

gak sanggup.

Calvin gak sanggup liat ini semua.

Tanganya nepuk pelan pipi Fabio yang memerah, “Fabio. Ada gue di sini.”

Tangisannya berusaha ditahan.

Fabio masih sadar tapi dia gak merespon ucapan Calvin.

“Maaf gue dateng terlambat.”

“Sekarang lo aman.”

“Ada gue di sini..” Tubuh rapuh Fabio dipeluk erat.

“Sekarang kita ke rumah sakit, hm? Lo harus kuat.”

“Gu—gue cari kunci mobil dulu. Tahan sebentar..” dengan hati-hati Calvin letakin Fabio di kasur.

Dia bangkit keliling ruangan di sekitarnya nyari kunci mobil.

Dan begitu liat kunci mobil di atas gantungan, Calvin langsung bergegas gendong Fabio.

Gak lupa mengunci rumahnya karena tadi Nathan sudah dibawa polisi.


🥲

Aku nulis ini terlalu jelas gak buat bagian kekerasannya? Karena jujur ini udah aku filter berkali-kali.

Hmm.. gimana ya?

Jujur aku pernah ngalamin yang Fabio alamin sekarang. Rasanya serem banget. Terlebih gak ada yang mau nolong aku satu pun.

Jadi.. bisa dibilang.. ini au berdasarkan kisah nyata dari authornya langsung 😂

Mungkin ada yg udah tau kalau aku pernah kejebak toxic relationship. Ada yg inget? Aku pernah cerita dibikin thread gituuu.. udah lama ceritanya.

Tiga tahun aku kejebak.

Sampe sekarang masih trauma, aku nulis gini jadi ketrigger 😂😂😂

Beruntung aku masih inget Tuhan. Kalau enggak.. mungkin udah tinggal nama. Serius.

Dan untuk pertanyaan “kenapa Fabio gak ceraiin Nathan?” Haduu.. itu susah hey. Susah banget lepas dari toxic relationship.

Nanti aku ceritain di the next chapter.

Jangan lupa feedbacknya yaa!~

See youuuu tomorrow.