Ngomong-ngomong soal operasi tumor Devlin sudah dilakukan seminggu yang lalu. Operasinya berjalan lancar dan sekarang sampai 2 minggu ke depan Devlin masih harus dirawat di rumah sakit untuk pemulihannya.
Selain itu Devlin perlu kembali diperiksa sehingga nantinya Dokter Kim bisa memutuskan apakah Devlin harus mengikuti kemoterapi lagi atau tidak.
Baekhyun pulang ke rumah hari ini dan Devlin dijaga oleh Luhan dan Sehun di sana, ia perlu mengambil beberapa pasang pakaian untuk salin Devlin selama di rumah sakit.
Tidak lupa juga mengambil beberapa mainan agar anaknya itu tidak bosan berdiam diri terus di atas ranjang.
Selesai berkemas Baekhyun memesan taksi secara online dan betapa terkejutnya ia mendapati Chanyeol di luar saat membuka pintu rumah.
“Mas Chanyeol? Ngapain?”
“Kemarin saya suruh tunggu sebentar, saya udah balik tapi kamu gak ada.”
Telinganya tidak salah dengar bukan? Nada bicara Chanyeol terdengar seperti orang yang sedang merajuk.
“Beruntung kamu lagi ada di rumah, saya sering bulak-balik ke sini tapi kamu tetep gak ada terus.”
“Saya beli mainan buat Devlin.” Pria tinggi itu menyodorkan kotak hadiah.
“Ambil.” Paksa Chanyeol dan Baekhyun langsung mengambilnya masih dengan ekspresi heran seperti kemarin saat bertemu.
“Devlin ke mana?”
Jantung Baekhyun berdetak cepat, sejujurnya ini yang Baekhyun takutkan. Takut Chanyeol bertanya dan mencari tahu tentang Devlin.
“Ke mana?”
Kenapa Chanyeol ingin sekali bertemu Devlin sih?
Sebenarnya mau Chanyeol itu apa? Mantan suaminya itu tidak pernah peduli pada anaknya bukan?
Kenapa Chanyeol tidak pernah puas menghancurkan hidupnya?
Masalah apalagi yang mau Chanyeol buat?
Baekhyun tidak mau kehidupannya terluka lagi. Cukup itu yang terakhir, Chanyeol yang mengamuk padanya sampai Devlin takut.
“Gak ada.”
“Maksudnya gak ada?”
“Dia aku titipin.”
“Ke day care?”
Sejenak Baekhyun tampak berpikir sampai akhirnya mengangguk.
Tin.. tin..
Taksi yang dipesan tadi sudah datang. Baekhyun membungkuk permisi.
“Tunggu!” Chanyeol menahan lengan kecil Baekhyun.
Baekhyun sudah bersungut kesal. Chanyeol maunya apa sih?
“Ini.”
Baekhyun merasa de javu pada keadaannya saat ini.
“Minggu depan saya sama Hani nikah. Dateng, ya?” Binar mata Chanyeol tampak berharap.
Baekhyun ingin sekali mengumpat, berteriak, dan menampar Chanyeol tapi ia urungkan.
Hatinya tiba-tiba sesak.
Devlin sedang sakit parah dan mantan suaminya akan menikah minggu depan.
Lagi-lagi Baekhyun merasa kecewa. Pertanyaan “Mau Chanyeol apa sih?” Berganti dengan “Tuhan maunya apa sih?”
Kenapa hidupnya tidak pernah jauh-jauh dari rasa sakit?
Tin.. tin..
Klakson mobil dibunyikan lagi. Sepertinya sang supir sudah tidak tahan menunggu.
Ia mengambil paksa kartu undangan pernikahan Hani dan Chanyeol dan berlari menuju mobil taksi.
“Saya tunggu kamu sama Devlin di sana.”
Baekhyun mendengus di dalam mobil. Ia merobek kartu undangan itu sampai tidak berbentuk.
“Cepetan, Pak!
Supir taksi melirik Baekhyun dari spion. Ingin bertanya apa yang membuat lelaki cantik itu menangis. Namun ia merasa tidak enak.
“I—iya..”