Baekhyun dan Devlin tinggal di rumah Luhan untuk sementara karena jaraknya dengan rumah sakit dekat.
Selama Baekhyun bekerja Luhan akan menjaga Devlin begitu juga sebaliknya.
Seminggu yang lalu Devlin menjalani kemoterapi untuk yang pertama.
Sebenarnya ada 2 cara pengobatan, radioterapi dan kemoterapi tapi dokter menyarankan kemoterapi karena hasilnya lebih maksimal dibanding dengan radioterapi.
Uang gajinya tinggal sedikit dan tidak akan cukup untuk kebutuhan Devlin nanti.
Itu artinya Baekhyun harus bekerja lebih keras mencari pekerjaan part time yang mau menerimanya. Tidak masalah jika itu hanya sebatas cleaning service selama uangnya bisa didapat dan dikumpulkan.
Baekhyun merasa kecewa pada dirinya sendiri dan merasa gagal apalagi. Bisa-bisanya tidak menyadari ada benjolan yang tumbuh di samping kiri kepala anaknya.
“Papa, Dev mau mandi.”
“Kata dokter jangan dulu mandi, sayang. Gak papa, ya?”
“Tapi lengket.” Bibir mungil Devlin melengkung ke bawah.
“Lengket darimana, hm? Sini Papa pegang.” Baekhyun mengusap pelan setiap permukaan kulit halus Devlin.
“Ih gak ada tuh. Malah Papa cium-cium di sini wangi. Wangi stroberi. Tuh sini Papa cium lagi.” Baekhyun mengendus perpotongan leher, dada, dan berakhir ke perut yang sukses membuat Devlin tertawa kegelian.
“Geli.” Devlin mencoba menghentikan Baekhyun.
Baekhyun lupa bagaimana rasanya hidup tenang semenjak Devlin divonis tumor otak. Beruntung tingkahnya tadi berhasil membuat anaknya tertawa meski masih terdengar lemah.
“Papa lap sedikit aja, ya?” Baekhyun mengambil washlap basah yang sudah dicelupkan ke air hangat.
Selesai membersihkan tubuh Devlin ia menyisir rambutnya agar terlihat lebih segar.
Manik matanya terkejut bercampur lirih melihat helaian rambut yang rontok.
Efek samping kemoterapi.
Hatinya berdenyut sakit. Ini baru rambut yang rontok, belum lagi nanti efek samping lainnya..
“Papa udah selesai sisirnya?” Untungnya Devlin tidak menoleh dan fokus menonton kartun kesukaannya di tv.
Baekhyun buru-buru menghapus air matanya dan menyembunyikan helaian rambut tadi dibawah tisu.
“Harus kuat demi Devlin. Jangan nangis Baekhyun.” Ucapnya dalam hati.
Dua minggu lagi anaknya harus kembali ke rumah sakit menjalani kemoterapi yang kedua.
Tungkainya beranjak membereskan peralatan yang dipakai tadi dan membuang tisu berisi rambut.
Hidupnya sekarang terlalu sibuk mengurus Devlin sampai tidak pernah mengecek banyak notifikasi yang masuk ke ponselnya.