“Tuan puteri kenapa cemberut terus mukanya? Jelek loh nanti, cantiknya jadi ilang.”

Chanyeol meledek Malka yang terus-terusan memajukan bibirnya semenjak pulang dari supermarket.

“Daddy Yeol fokus nyetir aja.”

“Oh gitu, ceritanya mau marahan aja?”

Ekspresi muka Malka yang semakin ketus membuat Chanyeol diam-diam terhibur.

Jari telunjuknya mencolek pipi tomat gadis kecil yang kedua tangannya menyilang.

“Jangan marah dong, kenapa sih? Cerita sama Daddy Yeol.” Sesekali matanya bergantian melirik jalanan dan Malka.

“Anak laki-laki itu siapanya Daddy Yeol? Waktu itu di restoran ketemu sekarang di supermarket juga ketemu.”

Satu alisnya menukik ke atas, “namanya Devlin, itu anak Daddy Yeol juga.”

“Kok gitu?”

“Kok gitu apanya?”

“Anak Daddy Yeol kan aku bukan dia. Aku gak mau bagi-bagi ke orang lain!” Jawab Malka tidak terima.

“Kenapa? Malka punya 2 daddy, ada Daddy Kris juga. Masa Devlin gak boleh, hm?”

“Aku gak suka, Daddy Yeol cuma punya Malka! Gak boleh sama yang lain.” Emosi Malka menjadi luruh dengan tangisan yang tidak berhenti sepanjang perjalanan, tidak peduli seberapa banyak cara Chanyeol menenangkannya.

Chanyeol mengigit bibirnya, bingung harus menenangkan Malka dengan cara apa lagi.

“Ssstt jangan nangis sayang, nanti cantiknya beneran ilang. Iya, Daddy Yeol cuma punya Malka, orang lain gak boleh.”

“Janji?” Tangisannya berhenti, tangan kecilnya mengacungkan jari kelingking.

“Hmm, janji.”