Tumor otak.

2 kata menakutkan yang sukses membuat kedua lutut Baekhyun lemas.

Tuhan, ini bohong!

Dev anak baik kan, Tuhan. Dia gak salah apa-apa.

Jadi itu alasannya. Penyakit sialan yang membuat Devlin selalu mengeluh pusing dan sering muntah.

Hatinya tak berhenti menepis kenyataan yang ada. Baekhyun menangis keras di hadapan dokter dan asistennya.

Tak peduli mau bagaimana reaksi mereka, ia hanya sedang tidak bisa menerima fakta tersebut.

Dokter Kim mengeratkan kedua tangannya, ia mengerti rasanya seperti apa. Pasti menyakitkan sekali, tapi apa boleh buat?

“Devlin masih ada di kondisi tingkat 2. Tumornya masih jinak dan pertumbuhannya lambat,” Dokter Kim menatap binar mata Baekhyun yang terselip sebuah harapan di sana.

Dengan berat hati ia harus mengatakan kelanjutan kalimatnya tadi, “tapi bisa menembus jaringan otak di sekitar tumor tersebut.”

Kertas hasil pemeriksaan ia remas dengan kuat dan cairan bening kembali terjatuh lebih banyak dari sebelumnya.

Baekhyun pulang. Ia ingin segera bertemu Devlin, memeluknya sangat lama, dan mengucapkan beribu maaf. Meski dirinya tahu ucapan maaf tidak akan mengubah apapun.

Gak masalah Tuhan bikin hidup Baekhyun susah, gak apa-apa. Asalkan jangan Devlin, Ya Tuhan.” Perkataan Baekhyun pada Tuhan sewaktu dulu ternyata mengkhianatinya.

“Maaf, Papa emang pembawa sial.”

“Dev gak ada bikin salah. Papa yang sering bikin salah, harusnya Papa aja yang kena.”

Kematian kedua orang tua,

Perceraiannya dengan Chanyeol,

Perlakuan Chanyeol terhadap dirinya dan Devlin,

Dan sekarang.. Devlin didiagnosis tumor otak.

Sepertinya semesta senang sekali melihat hidup Baekhyun hancur.