“Uncle Kai masih lama?”

“Dev ngantuk.” Tangannya mengucek kedua matanya sendiri, sesekali ia menguap tanda kantuknya yang tidak bisa ditahan lagi.

“Tuh dateng.” Kai menunjuk pada seseorang yang menghampiri mereka.

“Daddy Joo!”

“Hey, jagoan.” Joo Hyuk mengangkat tubuh Devlin. Selang infus yang menggantung pada tiang Joo Hyuk tarik pada genggamannya.

“Baekhyun gimana?” Tanya Kai.

“Baik. Dokter bilang ada kemajuan dan terapinya tinggal 3 kali pertemuan lagi. Semoga nanti bener-bener sembuh.”

Kai mengangguk setelah mendengar penuturan Joo Hyuk, “sorry tadi lama.”

“Buruan ke dalem keburu Baekhyun liat gue sama Kyungsoo nanti.”

“Iya. Nanti gue kabarin kalau ada apa-apa.”

“Santai. Dev ditahan dulu ngantuknya sebentar, oke?”

Oh.

Jantungnya seakan kembali diremas kuat.

Chanyeol memperhatikan mereka dari kejauhan.

Suasana koridor yang sepi membuat suara dari obrolan mereka terdengar jelas.

Menyakitkan rasanya mendengar secara langsung Devlin memanggil Joo Hyuk dengan panggilan daddy.

Emosinya menggelora.

Ingin sekali Chanyeol marah pada Tuhan yang membuat jalan hidupnya sulit seperti ini.

Kondisinya yang tidak cukup baik membuatnya terpaksa diam di tempat.

Tawa riang Devlin semakin menyakiti hatinya.

Ia mengerti sekarang.

Dirinya bukan lagi siapa-siapa di hidup Baekhyun dan Devlin.

Bahkan, statusnya sebagai ayah kandung dari Devlin mungkin sudah tidak berlaku lagi.

Dirinya hanya orang asing.

Kemudian Chanyeol melangkah mundur. Buru-buru menjauhi tempat memuakkan tersebut.

Sebisa mungkin Chanyeol berlari.

Rasa sakit dari patah tulang di kakinya tidak berarti.

Tubuhnya sudah mati rasa akan kesakitannya karena tertabrak kemarin.

Daddy Joo!

Sialan.

Hey, jagoan.

Harusnya itu dirinya, Park Chanyeol.

Bukan si bajingan Joo Hyuk.