Lima tahun yang lalu, dengan sopan dan niat yang tulus Nathan datang ke rumah, dia duduk bersimpuh di depan ibu buat minta restu dan izin menikah.
Fabio cuma remaja berumur 19 tahun kala itu.
Tanpa banyak pertimbangan ibu langsung kasih mereka restu. Mengingat saat itu kondisi ekonominya sedang turun dan susah.
Terlebih Nathan adalah anak dari teman mendiang ayahnya Fabio. Sehingga, baik sang ibu maupun Fabio sudah lama mengenal baik Nathan juga keluarganya.
Fabio belum bekerja,
Fabio cuma anak tunggal yang harus menjadi anak yatim piatu saat umur 18 tahun,
dan Fabio satu-satunya harapan ibu yang bisa merubah ekonomi keluarga.
Awalnya Fabio ragu karena dia masih terlalu muda untuk menikah tapi demi sang ibu Fabio mau nerima ajakan menikah.
Fabio ngerasa beruntung dan bersyukur dulu menerima Nathan yang sekarang jadi suaminya.
Nathan lelaki yang mapan, cara bicaranya mampu buat Fabio luluh, dan dia sangat memperlakukan Fabio dengan baik.
Nathan sempurna sampai gak ada celah sedikit pun untuk lihat kekurangannya.
Semuanya berjalan dengan baik, pernikahan mereka lancar dan harmonis.
Tapi semuanya berubah saat usia pernikahannya menginjak bulan ketujuh.
Sifat asli Nathan sedikit demi sedikit keluar.
Dari mulai Nathan yang membatasi segala akses Fabio untuk bergaul dengan teman-temannya,
Keluar rumah, Fabio harus izin dan jelasin tujuan beserta dengan siapa dia pergi.
Matanya yang minus tiga dilarang pakai kacamata atau softlens karena Nathan beranggapan Fabio ingin memakai aksesoris yang sama dengan mantan pacarnya dulu.
Pakaian yang Fabio pakai diatur sedemikian rupa seperti keinginan Nathan, dia harus pakai baju panjang dan celana panjang, Nathan gak mau ada laki-laki yang mendekati Fabio.
Saking posesifnya semua teman Fabio menjauh. Fabio sendirian, dia gak pernah ngerasain main untuk sekedar nongkrong atau reuni.
Fabio harus diem di rumah.
Saat Fabio sakit dan Nathan kerja, Nathan ngelarang Fabio pergi ke dokter.
Sekalinya ke dokter Fabio harus laporan kalau dokternya itu perempuan, gak boleh laki-laki.
Apapun yang Fabio lakuin harus dengan izinnya, setiap Nathan jauh dari Fabio, Fabio wajib mengirim bukti foto-foto Fabio yang lagi ada di rumah.
Selain melarang Fabio bersosialiasi dengan teman, Nathan pun melarangnya bersosialisasi dengan saudaranya.
Fabio gak boleh saling kirim pesan dengan laki-laki lain, meskipun pun lagi dalam keadaan yang darurat.
Hidupnya berubah.
Fabio bisa ngerasain itu, dia jengah.
Batinnya berteriak gak bahagia dengan pernikahannya, tapi Fabio bisa apa selain bertahan?
Dia gak mau bikin ibunya kecewa dan malu kalau dirinya cerai.
Lagipula Fabio belum punya apa-apa, selama menikah biaya hidupnya ditanggung suaminya.
Nathan berhasil ngebuat Fabio tergantung pada dirinya karena semua orang ninggalin Fabio.
Puncaknya, Nathan mulai berani memaki, memukul, dan membentak Fabio.
Fabio sakit.
Nathan gak cuma nyakitin fisiknya tapi juga batinnya.
Setiap malam tidurnya gak pernah tenang, takut akan sifat suaminya yang selalu tiba-tiba berubah mood.
Fabio pikir suaminya itu punya bipolar.
Suaminya selalu jadi orang yang berbeda sewaktu sadar udah ngelakuin kesalahan.
Iya, mau gimana pun Fabio pasti maafin tapi nyatanya Nathan gak pernah sadar. Dia selalu mengulang kesalahannya dan kembali meminta maaf.
Siklusnya seperti itu, gak pernah berubah.
Ucapan janji mau berubah yang Nathan ucapin gak pernah terwujud. Dia seakan lupa ingatan.
Di usianya yang ke-20, Fabio dinyatakan hamil.
Nathan marah besar.
Semua barang di rumah hancur dan berantakan.
Nathan gak mau punya anak, dia gak mau punya tanggungannya yang mengharuskannya mengurus dan membiayai anaknya nanti.
Berkali-kali usaha Nathan buat gugurin kandungan Fabio, tapi kandungannya tetep kuat.
Mulai saat itu Nathan berhenti ngasih Fabio nafkah.
Saat dekat-dekat mau melahirkan Fabio diem-diem cari kerja untuk biaya persalinannya nanti. Ya, walaupun harus ngelewatin beberapa pukulan dan luka memar akhirnya Fabio berhasil dapet izin dari Nathan buat bekerja.
Semua biaya hidupnya ditanggung sendiri.
18 Mei hari kelahiran Luna.
Fabio berjuang sendirian di rumah sakit, sang ibu berhalangan datang karena sedang sakit, keluarga Nathan pun sama. Keluarga Nathan itu orang-orang sibuk semua.
Nathan gak mau mengakui kalau itu anaknya. Jadi, Fabio namai Luna dengan nama belakangnya, Laluna Ansel dari Fabio Ansel.
Empat tahun kemudian, Luna tumbuh jadi gadis kecil kesayangan papanya.
Selama itu Fabio mati-matian nutupin semua perlakuan Nathan dari Luna.
Dia gak mau anaknya trauma.
Dia pengen anaknya tumbuh baik seperti anak-anak lain.
Kalau Nathan marah dan bersiap ngehukumnya, Fabio buru-buru minta Luna buat tidur dan minta Luna buat main sendirian.
Untungnya Fabio nempatin kamar Luna jauh dari kamarnya. Jadi, Luna gak akan bisa tahu dan dengar orang tuanya— papanya yang lagi disakiti.
Iya, kayak gitu kehidupannya selama hidup bersama Nathan.
Fabio harus kuat demi Luna.
Hubungan Nathan dan Luna juga asing seperti bukan ayah dan anak.
Mereka bertiga udah biasa.
Kalau ditanya, gimana hatinya sekarang?
Hatinya udah gak berbentuk,
hidupnya suram banget.
Kalau aja dirinya gak kuat dan tegar, mungkin sekarang Fabio ada di rumah sakit jiwa. Saking depresinya sama kelakuan Nathan.
Semua rasa sakitnya Fabio simpen sendiri. Dia gak punya keberanian buat ngelawan semua perbuatan Nathan.
Buat cerita ke orang tentang kejadian yang dialaminya pun dia gak berani.
Fabio terlalu takut sama dunia luar dan pandangan orang lain.
Rasa percaya diri dan keberaniannya hilang karena terlalu lama ditindas.
Hidupnya udah berubah.
Fabio udah gak bisa bedain perasaannya saat ini ke Nathan itu cinta atau benci.
Yang terpenting baginya Nathan masih ada sebagai suaminya, dan dia gak mau kehilangan suaminya.
Pasangan yang kejebak di toxic relationship itu susah lepas.
Mereka udah bergantung satu sama lain.
Aku gak jago ngejelasin. Kalau kalian pengen tahu hitung-hitung buat ngecegah dan ngehindarin dari itu, kalian bisa search dimana pun ttg toxic relationship.
Kalian bisa analisa sendiri.. kebanyakan kejadiannya hampir sama semua.
Pelaku gak akan pernah merasa bersalah, sekalinya bersalah mereka minta maaf tapi abis itu lupa, dan ngulang lagi kesalahannya.
Korban cuma bisa diem, nangis, ngerasa putus asa sama hidupnya yang gak berguna.
Korban gak punya keberanian buat speak up karena mereka ngerasa takut kalau nanti speak up, si pelaku bakal lebih parah nyakitinnya. Ini kejadian di aku.
Semakin lama mantan pacar aku yg abussive itu makin menjadi, dia berani nyebarin hal gak bener ttg aku.
Bayangin deh, aku dibilang udah gak perawan di depan semua teman aku. Wkwk 😂😭
Aku cuma bisa nangis.
Capek pgn udahan tapi gak bisa.
Aku cuma punya dia sebagai seseorang yg selalu ada di samping aku.
Jadi aku takut buat putus krn semua temen aku pada jauhin aku.
Oh iya. Aku cerita gini bukan untuk nakut2in kalian ya :( sama sekali bukan.
Buat kalian yg lagi atau mau memulai hubungan dengan orang lain, lebih baik cari tau dulu latar belakang mereka.
Cewe atau cowo bisa jadi pelakunya.
Dan toxic relationship gak hanya di dalam pacaran atau pernikahan aja.
Semoga kita bisa dapetin pasangan hidup yang baik nantinya, aamiin. ❤️