Uhavecrushoncy

Terhitung sudah satu minggu Baekhyun mendiamkan pesan yang masuk dari Chanyeol. Semakin kesini intensitas Chanyeol yang mengirim pesan padanya semakin kurang.

Masa bodoh,

Toh dirinya kini bukan siapa-siapa lagi, mereka hanya sebatas sepasang mantan suami. Hubungannya dengan Chanyeol terjalin hanya karena adanya Devlin.

Baekhyun menghindar, selama ini ia menginap di rumah Luhan. Selama itu pula Devlin demam tinggi padahal Baekhyun sudah membawanya ke dokter tapi demamnya belum juga turun. Anaknya yang manis itu selalu meracau ingin bertemu daddynya.

Mengesampingkan egonya tentang perasaannya kepada Chanyeol, Baekhyun berjanji kepada Devlin akan pergi menemui Chanyeol jika demamnya sudah turun.


Baekhyun mengetuk pintu sebentar lalu berusaha membuka pintu amat pelan.

“Ayo Dev!” Ia memanggil Devlin yang terduduk di kursi.

Mereka berhasil masuk namun keadaan rumahnya sepi. “Daddy dimana, pa?” Tanya Devlin.

“Gak tau Dev, kita duduk aja disini sambil tunggu daddy, ya?” Tangannya menepuk-nepuk sofa yang sudah ia duduki.

10 menit mereka menunggu tapi Chanyeol tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Sebenarnya kemana, sih?

Perasaannya sudah mulai kesal. Ia memberanikan diri mencari Chanyeol karena tidak tega melihat Devlin yang mengeluh pusing dan tidak enak badan.

“Mas?” Baekhyun celingak-celinguk, matanya menelusuri setiap sudut rumah.

Duk!

Baekhyun terkejut karena mendengar suara jatuh dan segera mencari sumber suara.

Disana ia melihat sepasang kekasih yang baru saja bertunangan sedang saling bercumbu dengan posisi Hani yang terlentang diatas pantry sementara Chanyeol diatasnya tidak lupa beberapa barang yang jatuh berserakan.

Baekhyun terdiam kaku menyaksikan itu, matanya beralih melihat ponsel Chanyeol dipegang erat oleh Hani.

Jadi, yang membalas pesannya tadi itu Hani? Bukan Chanyeol?

Menikah dengan orang yang sangat Baekhyun sayangi dan cintai adalah harapannya.

Sayangi dan cintai.

Sudah cukup jelas. Di pernikahannya hanya Baekhyun memiliki perasaan itu, sedangkan Chanyeol? Tidak.

Baekhyun hanya tidak kalau Chanyeol menikahinya karema dari rasa sakitnya saat melihat kekasihnya pergi dan menikah dengan lelaki lain.

Chanyeol marah, dendam, dan tidak tahu arah. Beruntung saat itu Baekhyun datang ke hidupnya, memberi banyak cinta dan menghapus kesakitan Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol mengajak Baekhyun menikah.

Baekhyun bahagia bukan main. Semua teman Baekhyun yang juga teman Chanyeol ia beritahu bahwa mereka akan menikah.

Mereka mengadakan pernikahan secara private sesuai keinginan Chanyeol. Katanya ia ingin pernikahan yang hanya dihadiri oleh orang terdekat saja dan Baekhyun hanya menuruti.

3 bulan setelah menikah Baekhyun hamil.

Selama masa kehamilan, Chanyeol selalu ada untuk Baekhyun dan calon bayinya. Baekhyun bersyukur memiliki suami seperti Chanyeol.

Menjadi seorang papa dari bayi laki-laki yang diberi nama Devlin membuat hidup Baekhyun semakin terasa sempurna.

Hari itu Baekhyun sedang sibuk di pagi hari, membangunkan Chanyeol, membuat sarapan, memandikan dan menyuapi Devlin, menyiapkan baju kantor untuk Chanyeol, dan berakhir membersihkan rumah.

“Mas berangkat dulu.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya lalu meraih kunci mobil di gantungan dekat ruang TV.

Baekhyun menyusul dan membiarkan Chanyeol mengecup bibir mungilnya, tidak lupa mencium kedua pipi Devlin yang berumur 1 tahun 2 bulan.

Chanyeol selalu pulang tepat pada pukul 9 malam. Namun sampai pukul 12 malam dia tidak kunjung pulang, Baekhyun mencoba berpikir positif. Kemungkinannya hanya 1, pekerjaan Chanyeol sedang banyak jadi suaminya lembur.

Tapi kenapa tidak memberi tahu Baekhyun lewat chat?

Baekhyun tidak berani, takut menganggu pikirnya.

Sampai pagi Chanyeol masih belum pulang. Baekhyun mencoba menelepon tetapi ponselnya tidak aktif. Ia masih berusaha untuk berpikir positif.

Mas Chanyeol baik,

Mas Chanyeol gak pernah bohong,

Mas Chanyeol gak mungkin selingkuh.

Suara pintu terbuka, itu Chanyeol.

Penampilannya berantakan, kemejanya kusut, dan dasinya terlepas. Baekhyun menghampiri, niat membantu melepaskan sepatu tapi Chanyeol segera menepisnya kasar.

“Saya bisa sendiri.”

Saya?

Baekhyun terkejut, suaminya tidak pernah berkata seperti itu.

Baekhyun mengernyit lalu memaksakan dirinya menyentuh kerah kemeja Chanyeol dan melihat banyak bercak kemerahan seperti.. kissmark?

“Ayo kita cerai!” Ucap Chanyeol lantang.

“Kenapa, Mas?” Matanya memerah basah menuntut penjelasan.

Chanyeol bilang dia menikahi Baekhyun karena ingin melihat Hani menyesal dan kembali padanya. Soal perasaan? Chanyeol selalu mencintai Hani.

Kemarin Hani datang mengatakan bahwa dia bercerai dengan Kris dan ia menyesal meninggalkan Chanyeol.

Hal itu pula membuat Chanyeol merasa menang karena tujuannya berhasil. Chanyeol kembali wanita yang ia cintai, bonus dengan gadis kecil dihadapannya, Malka.

Iya, hanya itu. Park Chanyeol yang naif. Meninggalkan berlian demi sebuah biji jagung.

Menikah dengan orang yang sangat Baekhyun sayangi dan cintai adalah harapannya.

Sayangi dan cintai.

Sudah cukup jelas. Di pernikahannya hanya Baekhyun memiliki perasaan itu, sedangkan Chanyeol? Tidak.

Chanyeol menikahi Baekhyun akibat dari rasa sakitnya saat melihat kekasihnya pergi dan menikah dengan lelaki lain. Dan Baekhyun tidak pernah tahu itu.

Chanyeol marah, dendam, dan tidak tahu arah. Beruntung saat itu Baekhyun datang ke hidupnya, memberi banyak cinta dan menghapus pengalaman menyakitkan Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol mengajak Baekhyun menikah.

Baekhyun bahagia bukan main. Semua teman Baekhyun yang juga teman Chanyeol ia beritahu bahwa mereka akan menikah.

Mereka mengadakan pernikahan yang private sesuai keinginan Chanyeol. Katanya dia ingin pernikahan yang hanya dihadiri oleh orang terdekat saja dan Baekhyun hanya menuruti.

3 bulan setelah menikah Baekhyun hamil.

Selama masa kehamilan, Chanyeol selalu ada untuk Baekhyun dan calon bayinya. Baekhyun bersyukur memiliki suami seperti Chanyeol.

Menjadi seorang papa dari bayi laki-laki yang diberi nama Devlin membuat hidup Baekhyun semakin terasa sempurna.

Hari itu Baekhyun sedang sibuk di pagi hari, membangunkan Chanyeol, membuat sarapan, memandikan dan menyuapi Devlin, menyiapkan baju kantor untuk Chanyeol, dan berakhir membersihkan rumah.

“Mas berangkat dulu.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya lalu meraih kunci mobil di gantungan dekat ruang TV.

Baekhyun menyusul dan membiarkan Chanyeol mengecup bibir mungilnya, tidak lupa mencium kedua pipi Devlin yang berumur 1 tahun 2 bulan.

Chanyeol selalu pulang tepat pada pukul 9 malam. Namun sampai pukul 12 malam dia tidak kunjung pulang, Baekhyun mencoba berpikir positif. Kemungkinannya hanya 1, pekerjaan Chanyeol sedang banyak jadi suaminya lembur.

Tapi kenapa tidak memberi tahu Baekhyun lewat chat?

Baekhyun tidak berani, takut menganggu pikirnya.

Sampai pagi Chanyeol masih belum pulang. Baekhyun mencoba menelepon tetapi ponselnya tidak aktif. Ia masih berusaha untuk berpikir positif.

Mas Chanyeol baik,

Mas Chanyeol gak pernah bohong,

Mas Chanyeol gak mungkin selingkuh.

Suara pintu terbuka, itu Chanyeol.

Penampilannya berantakan, kemejanya kusut, dan dasinya terlepas. Baekhyun menghampiri, niat membantu melepaskan sepatu tapi Chanyeol segera menepisnya kasar.

“Saya bisa sendiri.”

Saya?

Baekhyun terkejut, suaminya tidak pernah berkata seperti itu.

Baekhyun mengernyit lalu memaksakan dirinya menyentuh kerah kemeja Chanyeol dan melihat banyak bercak kemerahan seperti.. kissmark?

“Ayo kita cerai!” Ucap Chanyeol lantang.

“Kenapa, Mas?” Matanya memerah basah menuntut penjelasan.

Chanyeol bilang dia menikahi Baekhyun karena ingin melihat Hani menyesal dan kembali padanya. Soal perasaan? Chanyeol selalu mencintai Hani.

Kemarin Hani datang mengatakan bahwa dia bercerai dengan Kris dan ia menyesal meninggalkan Chanyeol.

Hal itu pula membuat Chanyeol merasa menang karena tujuannya berhasil. Chanyeol mendapatkan seseorang yang ia cintai kembali bonus dengan gadis kecil dihadapannya.

Iya, hanya itu. Park Chanyeol yang naif. Meninggalkan berlian demi sebuah biji jagung.

Menikah dengan orang yang sangat Baekhyun sayangi dan cintai adalah harapannya.

Sayangi dan cintai.

Sudah cukup jelas. Di pernikahannya hanya Baekhyun memiliki perasaan itu, sedangkan Chanyeol? Tidak.

Chanyeol menikahi Baekhyun akibat dari rasa sakitnya saat melihat kekasihnya pergi dan menikah dengan lelaki lain. Dan Baekhyun tidak pernah tahu itu.

Chanyeol marah, dendam, dan tidak tahu arah. Beruntung saat itu Baekhyun datang ke hidupnya, memberi banyak cinta dan menghapus pengalaman menyakitkan Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol mengajak Baekhyun menikah.

Baekhyun bahagia bukan main. Semua teman Baekhyun yang juga teman Chanyeol ia beritahu bahwa mereka akan menikah.

Mereka mengadakan pernikahan yang private sesuai keinginan Chanyeol. Katanya dia ingin pernikahan yang hanya dihadiri oleh orang terdekat saja dan Baekhyun hanya menuruti.

3 bulan setelah menikah Baekhyun hamil.

Selama masa kehamilan, Chanyeol selalu ada untuk Baekhyun dan calon bayinya. Baekhyun bersyukur memiliki suami seperti Chanyeol.

Menjadi seorang papa dari bayi laki-laki yang diberi nama Devlin membuat hidup Baekhyun semakin terasa sempurna.

Hari itu Baekhyun sedang sibuk di pagi hari, membangunkan Chanyeol, membuat sarapan, memandikan dan menyuapi Devlin, menyiapkan baju kantor untuk Chanyeol, dan berakhir membersihkan rumah.

“Mas berangkat dulu.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya lalu meraih kunci mobil di gantungan dekat ruang TV.

Baekhyun menyusul dan membiarkan Chanyeol mengecup bibir mungilnya, tidak lupa mencium kedua pipi Devlin yang berumur 1 tahun 2 bulan.

Chanyeol selalu pulang tepat pada pukul 9 malam. Namun sampai pukul 12 malam dia tidak kunjung pulang, Baekhyun mencoba berpikir positif. Kemungkinannya hanya 1, pekerjaan Chanyeol sedang banyak jadi suaminya lembur.

Tapi kenapa tidak memberi tahu Baekhyun lewat chat?

Baekhyun tidak berani, takut menganggu pikirnya.

Sampai pagi Chanyeol masih belum pulang. Baekhyun mencoba menelepon tetapi ponselnya tidak aktif. Ia masih berusaha untuk berpikir positif.

Mas Chanyeol baik,

Mas Chanyeol gak pernah bohong,

Mas Chanyeol gak mungkin selingkuh.

Suara pintu terbuka, itu Chanyeol.

Penampilannya berantakan, kemejanya kusut, dan dasinya terlepas. Baekhyun menghampiri, niat membantu melepaskan sepatu tapi Chanyeol segera menepisnya kasar.

“Saya bisa sendiri.”

Saya?

Baekhyun terkejut, suaminya tidak pernah berkata seperti itu.

Baekhyun mengernyit lalu memaksakan dirinya menyentuh kerah kemeja Chanyeol dan melihat banyak bercak kemerahan seperti.. kissmark?

“Ayo kita cerai!” Ucap Chanyeol lantang.

“Kenapa, Mas?” Matanya memerah basah menuntut penjelasan.

Chanyeol bilang dia menikahi Baekhyun karena ingin melihat Hani menyesal dan kembali padanya. Soal perasaan? Chanyeol selalu mencintai Hani.

Kemarin Hani datang mengatakan bahwa dia bercerai dengan Kris dan ia menyesal meninggalkan Chanyeol.

Hal itu pula membuat Chanyeol merasa menang karena tujuannya berhasil. Chanyeol mendapatkan seseorang yang ia cintai kembali bonus dengan gadis kecil dihadapannya.

Iya, hanya itu. Park Chanyeol yang naif. Meninggalkan berlian demi sebuah biji jagung.

Menikah dengan orang yang sangat Baekhyun sayangi dan cintai adalah harapannya.

Sayangi dan cintai.

Sudah cukup jelas. Di pernikahannya hanya Baekhyun memiliki perasaan itu, sedangkan Chanyeol? Tidak.

Chanyeol menikahi Baekhyun akibat dari rasa sakitnya saat melihat kekasihnya pergi dan menikah dengan lelaki lain.

Chanyeol marah, dendam, dan tidak tahu arah. Beruntung saat itu Baekhyun datang ke hidupnya, memberi banyak cinta dan menghapus pengalaman menyakitkan Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol mengajak Baekhyun menikah.

Baekhyun bahagia bukan main. Semua teman Baekhyun yang juga teman Chanyeol ia beritahu bahwa mereka akan menikah.

Mereka mengadakan pernikahan yang private sesuai keinginan Chanyeol. Katanya dia ingin pernikahan yang hanya dihadiri oleh orang terdekat saja dan Baekhyun hanya menuruti.

3 bulan setelah menikah Baekhyun hamil.

Selama masa kehamilan, Chanyeol selalu ada untuk Baekhyun dan calon bayinya. Baekhyun bersyukur memiliki suami seperti Chanyeol.

Menjadi seorang papa dari bayi laki-laki yang diberi nama Devlin membuat hidup Baekhyun semakin terasa sempurna.

Hari itu Baekhyun sedang sibuk di pagi hari, membangunkan Chanyeol, membuat sarapan, memandikan dan menyuapi Devlin, menyiapkan baju kantor untuk Chanyeol, dan berakhir membersihkan rumah.

“Mas berangkat dulu.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya lalu meraih kunci mobil di gantungan dekat ruang TV.

Baekhyun menyusul dan membiarkan Chanyeol mengecup bibir mungilnya, tidak lupa mencium kedua pipi Devlin yang berumur 1 tahun 2 bulan.

Chanyeol selalu pulang tepat pada pukul 9 malam. Namun sampai pukul 12 malam dia tidak kunjung pulang, Baekhyun mencoba berpikir positif. Kemungkinannya hanya 1, pekerjaan Chanyeol sedang banyak jadi suaminya lembur.

Tapi kenapa tidak memberi tahu Baekhyun lewat chat?

Baekhyun tidak berani, takut menganggu pikirnya.

Sampai pagi Chanyeol masih belum pulang. Baekhyun mencoba menelepon tetapi ponselnya tidak aktif. Ia masih berusaha untuk berpikir positif.

Mas Chanyeol baik,

Mas Chanyeol gak pernah bohong,

Mas Chanyeol gak mungkin selingkuh.

Suara pintu terbuka, itu Chanyeol.

Penampilannya berantakan, kemejanya kusut, dan dasinya terlepas. Baekhyun menghampiri, niat membantu melepaskan sepatu tapi Chanyeol segera menepisnya kasar.

“Saya bisa sendiri.”

Saya?

Baekhyun terkejut, suaminya tidak pernah berkata seperti itu.

Baekhyun mengernyit lalu memaksakan dirinya menyentuh kerah kemeja Chanyeol dan melihat banyak bercak kemerahan seperti.. kissmark?

“Ayo kita cerai!” Ucap Chanyeol cukup keras.

“Kenapa, Mas?” Matanya mulai memerah basah menuntut penjelasan.

“Selama ini saya cuma pura-pura, saya terpaksa. Saya nikahin kamu cuma buat nyaingin Hani yang nikah sama orang lain. Kemarin Hani datang ceritain semua tentang waktu itu dan ternyata semua itu cuma salah paham.

Baekhyun masih ingat saat awal-awal pernikahannya dengan Chanyeol dulu.

Menikah dengan orang yang sangat Baekhyun sayangi dan cintai adalah harapannya.

Sayangi dan cintai.

Sudah cukup jelas. Di pernikahannya hanya Baekhyun memiliki perasaan itu, sedangkan Chanyeol? Tidak.

Chanyeol menikahi Baekhyun akibat dari rasa sakitnya saat melihat kekasihnya pergi dan menikah dengan lelaki lain.

Chanyeol marah, dendam, dan tidak tahu arah. Beruntung saat itu Baekhyun datang ke hidupnya, memberi banyak cinta dan menghapus pengalaman menyakitkan Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol mengajak Baekhyun menikah.

Baekhyun bahagia bukan main. Semua teman Baekhyun yang juga teman Chanyeol ia beritahu bahwa mereka akan menikah.

Mereka mengadakan pernikahan yang private sesuai keinginan Chanyeol. Katanya dia ingin pernikahan yang hanya dihadiri oleh orang terdekat saja dan Baekhyun hanya menuruti.

3 bulan setelah menikah Baekhyun hamil.

Selama masa kehamilan, Chanyeol selalu ada untuk Baekhyun dan calon bayinya. Baekhyun bersyukur memiliki suami seperti Chanyeol.

Setiap hari suaminya itu selalu menanyakan bagaimana kondisi Baekhyun, dan memberikan semua hal yang Baekhyun mau selama mengidam.

Menjadi seorang papa dari bayi laki-laki yang diberi nama Devlin membuat hidup Baekhyun semakin terasa sempurna.

Hari itu Baekhyun sedang sibuk di pagi hari, membangunkan Chanyeol, membuat sarapan, memandikan dan menyuapi Devlin, menyiapkan baju kantor untuk Chanyeol, dan berakhir membersihkan rumah.

“Mas berangkat dulu.” Chanyeol buru-buru memakai sepatunya lalu meraih kunci mobil di gantungan dekat ruang TV.

Baekhyun menyusul dan membiarkan Chanyeol mengecup bibir mungilnya, tidak lupa mencium kedua pipi Devlin yang berumur 1 tahun 2 bulan.

Chanyeol selalu pulang tepat pada pukul 9 malam. Namun sampai pukul 12 malam dia tidak kunjung pulang, Baekhyun mencoba berpikir positif. Kemungkinannya hanya 1, pekerjaan Chanyeol sedang banyak jadi suaminya lembur.

Tapi kenapa tidak memberi tahu Baekhyun lewat chat?

Baekhyun tidak berani bertanya karena selama ini ia tidak pernah menuntut apapun.

Sampai pagi Chanyeol masih belum pulang. Baekhyun mencoba menelepon tetapi ponselnya tidak aktif. Ia masih berusaha untuk berpikir positif.

Mas Chanyeol baik,

Mas Chanyeol gak pernah bohong,

Mas Chanyeol gak mungkin selingkuh.

Suara pintu terbuka, itu Chanyeol.

Penampilannya berantakan, kemejanya kusut, dasinya terlepas. Baekhyun menghampiri, mencoba membantu Chanyeol melepaskan sepatu dan menyimpan tas kantornya tapi Chanyeol malah menepis kasar.

“Saya bisa sendiri.”

Saya?

Selama ini Chanyeol tidak pernah mengucapkan kata “saya”. Suaminya itu tidak pernah seformal itu dalam berbicara. Dan apa itu?

Baekhyun mengernyit memaksakan dirinya menyentuh kerah kemeja Chanyeol dan melihat banyak bercak kemerahan seperti.. kissmark?

“Ayo kita cerai!” Ucap Chanyeol cukup keras.

“Ini, Mas.”

“Makasih Baek. Saya permisi..” Chanyeol berbalik arah menuju mobilnya.

“Mas?”

Chanyeol baru saja akan membuka pintu mobil namun suara Baekhyun memanggilnya. “Iya, Baek?”

“Siapa?”

Chanyeol mengernyit tidak mengerti apa yang dimaksud Baekhyun.

“Mas mau tunangan? Sama siapa?” Tanya Baekhyun sekali lagi.

Chanyeol mendekat, kedua sudut bibirnya terangkat. “Oh iya saya lupa bilang. Hari Minggu saya sama Hani tunangan, tempatnya di Hotel Cleo jam 9 pagi. Kalau nanti ada waktu saya harap kamu bisa dateng.”

Baekhyun terdiam, asyik menatap Chanyeol yang berbicara. Ia bisa melihat sendiri mata Chanyeol yang berbinar, tidak bisa bohong bahwa Chanyeol sendiri antusias dan senang memberitahu kabar itu kepada Baekhyun

Mulutnya terbuka tapi kembali tertutup saat melihat Chanyeol buru-buru membuka pintu mobil.

Baekhyun kira Chanyeol akan langsung pergi. Tapi ternyata Chanyeol kembali sambil membawa sepucuk surat undangan kepadanya.

“Ini buat lebih jelasnya lagi.”

“I-iya Mas.” Bibir Baekhyun kelu, hanya itu yang sanggup dikatakan. Nadanya pun terdengar lirih tapi Chanyeol tidak menyadari.

Entah Chanyeol sengaja bersikap seolah tidak peduli atau memang benar-benar tidak sadar.

“Udah malem, saya permisi. Sekali lagi makasih, Baek. Maaf soal tadi.” Senyuman manis Chanyeol berikan kepada Baekhyun yang masih menatapnya.

“Soal tadi apa?”

“Soal tadi apa maksudnya?” Satu alisnya terangkat, lagi-lagi aktivitas Chanyeol membuka pintu mobil terhenti.

Baekhyun tersenyum bodoh, “Eh enggak. Hati-hati ya, Mas!”

Mobil Chanyeol pergi meninggalkan Baekhyun seorang diri di luar rumah.

Soal tadi?

Benar, apa maksudnya?

Baekhyun mengharapkan Chanyeol menjelaskan apa lagi? Sudah jelas “soal tadi” yang dimaksud itu paper bag yang tertukar.


Please Come and Celebrate The Engagement of :

Park Chanyeol & Choi Hani


Matanya mulai basah membaca tulisan tersebut, tidak menyangka jika Chanyeol akan segera bertunangan lalu menikah.

Berkali-kali Baekhyun mengetik pesan tapi berkali-kali juga ia menghapusnya.

Rasanya jadi canggung, ragu, dan aneh. Jika dipikir-pikir, seharusnya Chanyeol yang begitu bukan? Kenapa jadi dirinya?

Langkahnya mengayun mendekati Devlin yang sedang memainkan mobil mainannya.

“Dev, besok udah hari Jumat waktunya ketemu sama daddy, terus—” ucapannya berhenti saat melihat sorot mata anaknya yang langsung menoleh saat mendengar kata “Daddy” keluar.

Baekhyun bergerak gusar.

“Kenapa jadi serba salah gini sih?”

Devlin masih memandanginya menunggu jawaban.

“Terus apa, pa?”

Baekhyun bingung harus menjawab apa. Sejujurnya kejadian minggu kemarin masih membekas apalagi Chanyeol tidak memberi penjelasan apapun setelah itu.

Tentang Devlin, Baekhyun paham rasanya. Jika besok bertemu Chanyeol apakah Devlin mau atau tidak? Mengingat hari itu membuat Devlin menangis terus sampai demam.

“Besok Dev mau ketemu daddy?” Ucapnya lemah.

Devlin terdiam, mungkin ia sendiri juga bingung pikir Baekhyun.

“Kalau Dev gak mau gak apa-apa, nanti papa bilang sam—”

Mulut Baekhyun ditutup, Devlin menggelengkan kepalanya. “Dev mau ketemu daddy.”

“O-oh iya. Tapi Dev, Dev gak marah sama daddy?” Tanyanya memastikan.

“Marah kenapa? Daddy gak bikin salah.”

Hati Baekhyun merasa nyeri mendengar ucapan anaknya. Memang anak kecil itu masih polos, ia tidak akan mengerti dan mudah melupakan kejadian yang terkadang bagi orang dewasa saja masih merasa kesal dan marah.

“Dev sayang sama daddy, papa bilang ke daddy besok main disini aja. Dev mau tunjukin ini ke daddy!” Devlin berdiri meraih hasil karya buatannya yang berwarna hijau di meja.

Baekhyun mengangguk, hatinya kini merasa sedikit lega. “Sayangnya ke daddy aja? Papa gak di sayang?”

“Dev sayang papa sama daddy banyak-banyaakk..” Leher Baekhyun dipeluk oleh tangan kecil Dev disertai hujan ciuman manis di pipi.

“Kita duduk disini aja ya sayang.” Mata Chanyeol tertuju pada tempat duduk di ujung yang berada posisinya dekat dengan kaca.

Hani mengekor dari belakang karena daritadi Malka terus menerus menarik tangan Chanyeol untuk mencari tempat duduk, kemudian ia mendudukan diri di samping Chanyeol sedangkan Malka duduk di depan mereka berdua dengan posisi berhadapan.

“Malka mau pesen minum apa?” Tanya Hani sembari membuka buku menu yang diberikan oleh pelayan.

“Mau milkshake vanilla.”

Hani mengangguk lalu menyebutkan satu-satu pesanan yang diinginkan kepada pelayan.

“Sayang aku ke toilet dulu sebentar.” Tutur Chanyeol segera berdiri, Hani hanya mengiyakan tanpa menaruh curiga sedikit pun.

“Daddy mau kemana? Mau ketemu anak laki-laki tadi?” Malka menghentikan pergerakan Chanyeol.

“Enggak sayang, daddy mau ke toilet. Sebentar ya.” Lalu segera turun menuju lantai 1 karena toilet ada disana.

Matanya melirik kesana kemari mencari keberadaan Baekhyun dan Devlin. Sejujurnya tadi ia merasa bersalah mengabaikan mereka berdua, namun pandangan orang di sekitar membuatnya merasa canggung dan risih belum lagi Malka yang menarik tangannya.

Nafasnya tersengal karena berlarian kesana kesini berharap mereka belum pulang.

“Hhh, mungkin udah pulang.”

Sebelum kembali ke lantai 2, Chanyeol berusaha menetralkan nafasnya agar Malka tidak menuduhnya lagi.

Sesampainya disana makanan sudah disajikan, Malka terlihat sedang asyik makan sesekali menyeruput minumannya.

Sedangkan Hani fokus pada ponsel yang sejak di mobil ia mainkan terus, Chanyeol penasaran namun enggan menanyakan karena itu pasti berhubungan dengan pekerjaan.

“Hey, kenapa gak makan? Main hp mulu.”

Hani refleks menoleh dan melotot tanda terkejut lalu segera memasukkan ponselnya ke dalam tas.

“Kamu lucu kalau melotot gitu persis anak kecil.” Hidung Hani ia tarik sembari tertawa.

Hani mencebikkan bibirnya, “ish ka-kamu tuh Yeol ngagetin aja.”

“Maaf sayang. Sekarang ayo makan kamu pasti nungguin aku ya? Malka malah makan duluan gak nungguin Daddy Yeol.”

“Abisnya Daddy Yeol lama, toiletnya di Dubai ya?”

Chanyeol terkikik pelan mendengar gadis kecil dihadapannya ini menyindir dirinya. “daddy sakit perut sayang makanya lama. Ayo dilanjut lagi makannya, abisin okey?”

“Kita duduk disini aja ya sayang.” Mata Chanyeol tertuju pada tempat duduk di ujung yang berada posisinya dekat dengan kaca.

Hani mengekor dari belakang karena daritadi Malka terus menerus menarik tangan Chanyeol untuk mencari tempat duduk, kemudian ia mendudukan diri di samping Chanyeol sedangkan Malka duduk di depan mereka berdua dengan posisi berhadapan.

“Malka mau pesen minum apa?” Tanya Hani sembari membuka buku menu yang diberikan oleh pelayan.

“Mau milkshake vanilla.”

Hani mengangguk lalu menyebutkan satu-satu pesanan yang diinginkan kepada pelayan.

“Sayang aku ke toilet dulu sebentar.” Tutur Chanyeol segera berdiri, Hani hanya mengiyakan tanpa menaruh curiga sedikit pun.

“Daddy mau kemana? Mau ketemu anak laki-laki tadi?” Malka menghentikan pergerakan Chanyeol.

“Engga sayang, daddy mau ke toilet. Sebentar ya.” Lalu segera turun menuju lantai 1 karena toilet ada disana.

Matanya melirik kesana kemari mencari keberadaan Baekhyun dan Devlin. Sejujurnya tadi ia merasa bersalah mengabaikan mereka namun pandangan orang di sekitar membuatnya merasa canggung dan risih belum lagi Malka yang menarik tangannya.

Nafasnya tersengal karena berlarian kesana kesini agar bisa menyusul mereka berharap mereka belum pulang.

“Hhh, mungkin udah pulang.”

Kaki jenjangnya melangkah kembali menuju lantai 2. Namun sebelum itu Chanyeol berusaha menetralkan nafasnya agar Malka tidak menuduhnya lagi.

Sesampainya disana makanan sudah disajikan, Malka terlihat sedang asyik makan sesekali menyeruput minumannya.

Sedangkan Hani fokus pada ponsel yang sejak di mobil ia mainkan terus, Chanyeol penasaran namun enggan menanyakan karena itu pasti berhubungan dengan pekerjaan.

“Hey, kenapa gak makan? Main hp mulu.”

Hani refleks menoleh tanda terkejut matanya melotot lalu segera memasukkan ponselnya ke dalam tas.

“Kamu lucu kalau melotot gitu persis anak kecil.” Hidung Hani ia tarik sembari tertawa.

Hani mencebikkan bibirnya, “ish ka-kamu tuh Yeol ngagetin aja.”

“Maaf sayang. Sekarang ayo makan kamu pasti nungguin aku ya? Malka malah makan duluan gak nungguin Daddy Yeol.”

“Abisnya Daddy Yeol lama, toiletnya di Dubai ya?”

Chanyeol terkikik pelan mendengar gadis kecil dihadapannya ini menyindir dirinya. “daddy sakit perut sayang makanya lama. Ayo dilanjut lagi makannya, abisin okey?”