Terhitung sudah satu minggu Baekhyun mendiamkan pesan yang masuk dari Chanyeol. Semakin kesini intensitas Chanyeol yang mengirim pesan padanya semakin kurang.
Masa bodoh,
Toh dirinya kini bukan siapa-siapa lagi, mereka hanya sebatas sepasang mantan suami. Hubungannya dengan Chanyeol terjalin hanya karena adanya Devlin.
Baekhyun menghindar, selama ini ia menginap di rumah Luhan. Selama itu pula Devlin demam tinggi padahal Baekhyun sudah membawanya ke dokter tapi demamnya belum juga turun. Anaknya yang manis itu selalu meracau ingin bertemu daddynya.
Mengesampingkan egonya tentang perasaannya kepada Chanyeol, Baekhyun berjanji kepada Devlin akan pergi menemui Chanyeol jika demamnya sudah turun.
Baekhyun mengetuk pintu sebentar lalu berusaha membuka pintu amat pelan.
“Ayo Dev!” Ia memanggil Devlin yang terduduk di kursi.
Mereka berhasil masuk namun keadaan rumahnya sepi. “Daddy dimana, pa?” Tanya Devlin.
“Gak tau Dev, kita duduk aja disini sambil tunggu daddy, ya?” Tangannya menepuk-nepuk sofa yang sudah ia duduki.
10 menit mereka menunggu tapi Chanyeol tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
Sebenarnya kemana, sih?
Perasaannya sudah mulai kesal. Ia memberanikan diri mencari Chanyeol karena tidak tega melihat Devlin yang mengeluh pusing dan tidak enak badan.
“Mas?” Baekhyun celingak-celinguk, matanya menelusuri setiap sudut rumah.
Duk!
Baekhyun terkejut karena mendengar suara jatuh dan segera mencari sumber suara.
Disana ia melihat sepasang kekasih yang baru saja bertunangan sedang saling bercumbu dengan posisi Hani yang terlentang diatas pantry sementara Chanyeol diatasnya tidak lupa beberapa barang yang jatuh berserakan.
Baekhyun terdiam kaku menyaksikan itu, matanya beralih melihat ponsel Chanyeol dipegang erat oleh Hani.
Jadi, yang membalas pesannya tadi itu Hani? Bukan Chanyeol?