Uhavecrushoncy

Benar kata Joo Hyuk, menunggu taksi di waktu sekarang sangat lama.

Jika naik bus, haltenya sangat jauh.

Menghubungi Luhan atau Kai?

Baekhyun menggeleng, mereka sedang sibuk bekerja sekarang ia tidak ingin menganggunya.

“Baekhyun mau kemana?” Seseorang menurunkan kaca mobilnya.

“Ayo bareng aja.”

Baekhyun cepat-cepat menolak, ia lebih baik menunggu taksi daripada menumpang dengan Chanyeol.

“Gak apa-apa. Mau kemana? Kali aja searah, ya kan sayang?”

Ada Hani.

Wanita itu tersenyum seraya melambaikan tangan kepadanya.

***

Baekhyun dibuat bimbang, di satu sisi ia masih ingin mempertahankan egonya tapi di sisi lain Devlin sedang sakit dan membutuhkan dirinya secepat mungkin.

“Mau kemana?” Chanyeol kembali bertanya.

“Ke day care.”

Kedua alis Chanyeol menyatu, ingin bertanya lebih jelas tapi ada Hani di sisinya.

“Naik aja, saya anterin.” Chanyeol turun dari mobil lalu membukakan pintu belakang, menyilakan Baekhyun untuk masuk.

Baekhyun mengigit bibir, masih berperang dengan pikirannya.

“Baekhyun.” Chanyeol menunggunya.

Hhh

Tubuhnya ia bawa masuk perlahan ke dalam mobil, jika bukan urusan penting mengenai Devlin ia benar-benar tidak mau menerima bantuan Chanyeol.

“Day care mana?” Chanyeol melihat Baekhyun melalui kaca spion depan.

“Deket Japan's Bakery di jalan x.”

“Ok.”

Sepanjang perjalanan matanya terus memandang jalanan dari samping lalu pura-pura tuli.

Muak melihat dua orang yang bermesraan dan mengobrol asyik di depannya.

“Istirahat makan siang aku ke sana, ok?.”

Gak bisa sekarang aja?” Tawar Hani.

“Gak bisa sayang, masih jam kerja ini. Nih liat.” Chanyeol mengubah layarnya menjadi kamera belakang, menampilkan tumpukan kertas dan buku di atas meja.

“Kalau mualnya gak ketahan bikin teh pake air lemon sama makan pisang. Aku kemarin searching itu bisa redain mual.”

“Aku makan pe—

No no, gak boleh makan pedes. Inget kata dokter!” Sanggah Chanyeol memperingatkan.

Ish iya iyaa, udah sana kerja.

“Nah, gitu dong. Tunggu, ya? I love you calon istri.” Chanyeol tersenyum manis lalu diakhir memberikan flying kiss

“Tuan puteri kenapa cemberut terus mukanya? Jelek loh nanti, cantiknya jadi ilang.”

Chanyeol meledek Malka yang terus-terusan memajukan bibirnya semenjak pulang dari supermarket.

“Daddy Yeol fokus nyetir aja.”

“Oh gitu, ceritanya mau marahan aja?”

Ekspresi muka Malka yang semakin ketus membuat Chanyeol diam-diam terhibur.

Jari telunjuknya mencolek pipi tomat gadis kecil yang kedua tangannya menyilang.

“Jangan marah dong, kenapa sih? Cerita sama Daddy Yeol.” Sesekali matanya bergantian melirik jalanan dan Malka.

“Anak laki-laki itu siapanya Daddy Yeol? Waktu itu di restoran ketemu sekarang di supermarket juga ketemu.”

Satu alisnya menukik ke atas, “namanya Devlin, itu anak Daddy Yeol juga.”

“Kok gitu?”

“Kok gitu apanya?”

“Anak Daddy Yeol kan aku bukan dia. Aku gak mau bagi-bagi ke orang lain!” Jawab Malka tidak terima.

“Kenapa? Malka punya 2 daddy, ada Daddy Kris juga. Masa Devlin gak boleh, hm?”

“Aku gak suka, Daddy Yeol cuma punya Malka! Gak boleh sama yang lain.” Emosi Malka menjadi luruh dengan tangisan yang tidak berhenti sepanjang perjalanan, tidak peduli seberapa banyak cara Chanyeol menenangkannya.

Chanyeol mengigit bibirnya, bingung harus menenangkan Malka dengan cara apa lagi.

“Ssstt jangan nangis sayang, nanti cantiknya beneran ilang. Iya, Daddy Yeol cuma punya Malka, orang lain gak boleh.”

“Janji?” Tangisannya berhenti, tangan kecilnya mengacungkan jari kelingking.

“Hmm, janji.”

“Malka bantu Daddy Yeol cari susu, ya?”

“Iya, Dad.”

Mendengar perkataan dokter Chanyeol berinisiatif mencari beberapa makanan dan minuman untuk ibu hamil.

Ia dan Malka pergi ke supermarket sementara Hani diam di rumah.

“Daddy Yeol harusnya pilih susu cokelat, Mommy kan gak suka stroberi.”

“Oh iya? Daddy Yeol lupa.” Kenyataannya Chanyeol sama sekali tidak tahu jika Hani menyukainya.

Lagipula kenapa dirinya mengambil itu? Seperti sebuah kebiasaan saat dulu Baekhyun hamil ia selalu membelikannya susu rasa stroberi.

Chanyeol menggeleng menghapus bayangan masa lalunya yang tidak penting.

Ia kembali meletakkan susu ibu hamil tersebut lalu menggantinya dengan rasa cokelat.

Setelahnya mereka beralih menuju rak buah dengan satu tangannya menyangga Malka yang ia gendong dan satu tangan lain menjinjing keranjang.

“Uncle Joo beliin kiwi sama mangga buat Dev, ya.

Chanyeol melotot mendengar ucapannya, ia langsung berlari mencegah pria yang mau memasukkan buah kiwi ke dalam troli.

“Devlin gak suka kiwi!”

Suara berat Chanyeol sukses membuat pria itu terkejut dan buru-buru kembali menyimpan buah kiwi.

“Devlin gak suka kiwi, dia lebih suka stroberi.” Chanyeol memperjelas ucapannya.

Pria yang menyebut dirinya Uncle Joo tersebut tersenyum canggung lalu dibuat keheranan dengan tingkah Devlin yang memeluk lehernya erat.

“Kenapa Dev?”

“Gak mau liat, Dev takut sama Daddy.”

Oh ternyata ini Daddy-nya?

Joo Hyuk semakin canggung karena harus bertemu Chanyeol disaat seperti ini.

“Daddy Yeol, uncle ini siapa?” Malka berbisik.

Matanya langsung bergerak gelisah atas tindakan bodohnya. Ia melihat beberapa meter di belakang ada Baekhyun yang sedang sibuk mencari daging.

Baekhyun mengunjungi supermarket juga.

“Uncle Joo, Dev mau ke Papa sekarang.” Devlin merengek dan Joo Hyuk membungkuk permisi.

Apa tadi?

Devlin tidak ingin melihatnya, Chanyeol kira penolakan Devlin waktu itu hanya sementara karena anaknya sedang syok tapi nyatanya sekarang pun masih.

“Daddy Yeol!” Malka menepuk pipi Chanyeol pelan, merasa kesal pertanyaannya tadi tidak digubris.

“Eh iya sayang, ayo sekarang bantuin Daddy Yeol pilih buah buat Mommy.”

Pada akhirnya Chanyeol memasukan buah secara asal, moodnya menjadi turun kali ini.

Batinnya terus berbicara,

Dev kenapa gak mau liat Daddy?

Pukul 10 malam.

Devlin sudah tertidur pulas di kamarnya dan ini waktunya Baekhyun membereskan rumah sebelum suara pintu dibuka terdengar sangat keras, ia kira itu Luhan yang kembali karena ada barangnya yang ketinggalan.

“Oh jadi ini kerjaan kamu sekarang?”

Baekhyun terperangah, tidak percaya jika Chanyeol datang ke rumahnya malam-malam.

“Pantes setiap hari saya liat Devlin dititip terus.” Ucapan Chanyeol meninggi.

Chanyeol ada di sana selama Baekhyun dan Joo Hyuk sedang makan, ia mengawasi sampai mengikutinya pulang ke rumah.

Chanyeol menatap remeh Baekhyun yang masih terkejut karena kedatangannya, “anak dititip sedangkan Papanya enak-enak layanin nafsu orang.”

“Apa uang yang saya transfer kurang sampe kamu berani jual diri? Saya liat tadi bayarannya gede, 50 juta? Atau 100 juta per malamnya?” Chanyeol semakin menyudutkan Baekhyun sebab dirinya tadi melihat Joo Hyuk yang memberikan sejumlah uang kepada Baekhyun.

Ia mengelus leher Baekhyun namun segera Baekhyun hempaskan.

“Apa? Jijik? Bukannya udah biasa dipegang? Ini, ini, ini.. semuanya pasti hasil dari jual diri.” Chanyeol memegang beberapa kantong belanja berisi baju dan mainan yang Baekhyun beli untuk Devlin lalu melemparnya kesembarang arah hingga tercecer.

PLAK!!

Seumur-umur Baekhyun tidak pernah menampar orang lain mau seburuk apapun kondisi dan emosinya, tapi kali ini ia tidak dapat menahannya lagi.

“Semua yang Mas liat salah, aku gak pernah berbuat serendah itu buat dapetin uang. Lagipula seharusnya Mas Chanyeol ngaca sama diri sendiri, siapa yang lebih mentingin egonya sampe berani ninggalin, ngacuhin, bahkan prioritasin orang lain dibanding anak kandungnya sendiri?” Baekhyun berbicara dengan nada yang tidak kalah tinggi dari Chanyeol.

“Jangan bawa-bawa tunangan dan calon anak saya!!” Bentak Chanyeol.

“Papa..” Seorang anak kecil dipojok kamar menangis melihat kedua orang tuanya beradu mulut.

Baekhyun yang menyadari langsung berhambur memeluk Devlin. “Maaf sayang, maaf. Kebangun ya? Maaf.” Ucap Baekhyun gemetar. Ia paham pasti sekarang Devlin syok.

Chanyeol mendekat, “gak mau! Dev gak mau, Dev mau sama Papa! Dev takut Papa.. Dev gak mau sama Daddy!!!” Devlin berteriak histeris saat Chanyeol berusaha menggendongnya.

“Dev ini Daddy, sayang.” Chanyeol mengalah membiarkan Baekhyun mengambil alih Devlin.

“Gak mau! Dev takut, Daddy jahat!”

Baekhyun ikut menangis, “liat? Setelah nuduh aku sekarang Mas Chanyeol bikin Devlin takut. Apalagi yang Mas mau? Tolong Mas Chanyeol pergi dari sini, jangan ganggu kita lagi! Tolong.. Aku masih mampu buat besarin Dev sendiri, Mas Chanyeol fokus aja sama kehidupan Mas. Tolong pergi!”

Chanyeol pergi dengan rasa penyesalan yang besar, ia baru sadar tindakannya tadi salah.

Pertama kalinya Devlin menolaknya membuat harga dirinya terluka sebagai seorang ayah.

“Daddy.. Halo? Daddy ini Dev.”

“Halo? Daddy!”

“Daddy kemana?”

“Halo?”

“Daddy kenapa gak main sama Dev lagi?”

“Daddy.. Dev kangen sama Daddy.”

“Halo Daddy? Ini Dev sama Papa.”

Baekhyun menguping dibalik pintu.

Hatinya mencelos, Devlin mencoba menghubungi Chanyeol lewat ponselnya yang ia letakkan di meja makan.

Suara pintu terbuka menampakkan Devlin yang merengut sedih sembari memberikan ponsel kepada Baekhyun.

“Daddy gak jawab Dev terus.” Devlin berlalu menuju kamar tidur tanpa melihat Baekhyun.

12 Panggilan Keluar

Devlin mencoba sebanyak itu tapi tidak ada satu pun yang diangkat.

Baekhyun kira Devlin kembali bermain dengan mainan-mainannya tetapi yang ia dapati kini adalah Devlin yang tersungkur di kasur dengan suara tangis yang teredam bantal.

“Dev?” Baekhyun mencoba membangunkan anaknya dengan hati-hati.

“Kenapa Daddy gak pernah main lagi sama Dev? Dev kan gak nakal, Dev nurut terus sama Papa.”

Tangis anak berumur 4 tahun itu pecah memenuhi ruangan.

Kenapa harus Devlin yang selalu mendapatkan perlakuan seperti ini dari Chanyeol?

“Jadi gimana, dok?”

Dua orang yang duduk dihadapan dokter menanti dengan sabar penjelasan dokter.

Satu tangan menggenggam tangan lain, seraya memberi ketenangan agar.

Si dokter berdeham, “setelah hasil pemeriksaan USG tadi Ibu Hani terdiagnosis hamil dan usia kehamilannya 3 minggu.”

“Tapi gimana bisa? Maaf, maksudnya saya.. saya selalu mengeluarkan sperma di luar.” Sergah Chanyeol.

“Berhubungan sex tanpa memakai kondom rentan terjadinya kehamilan, mau itu sperma di keluarkan di luar kemungkinannya masih ada. Mungkin Pak Chanyeol tidak merasa ada yang keluar sewaktu berhubungan sex, dan bahkan cairan precum saja mengandung sperma.” Jelas dokter dengan tenang.

Dokter kandungan menunjuk sebuah kalender yang berada di meja kerjanya. “Berdasarkan hasil USG tadi saya bisa memastikan usia kandungannya sudah 3 minggu. Disarankan kontrol kembali 3 minggu ke depan.”

Kemudian Chanyeol dan Hani pamit, suasana mobil menjadi dingin setelah pulang dari dokter kandungab tersebut.

Keduanya terdiam dalam pikirannya masing-masing.

“Yeol..” Hani memecah keheningan, tangannya meraih tangan Chanyeol untuk digenggam.

“Maaf ini salah aku, harusnya aku minum pil.”

Chanyeol menoleh, “no.. ini bukan salah kamu. Salah aku yang terlalu PD kalau kamu gak bakal hamil.”

“Aku takut, gimana reaksi orang-orang nanti? Ki-kita belum nikah.”

Bisa Chanyeol dengar Hani menangis, ia segera menepikan mobilnya di tempat yang aman.

“Hei, sayang.” Tangan besarnya menangkup pipi Hani.

“Kamu gak usah khawatir, aku..” ucapan Chanyeol terjeda, matanya ia pejamkan erat-erat berusaha mencari kepastian dipikirannya, “aku bakal usaha supaya kita cepet-cepet nikah. Buat sekarang yang terpenting kamu jaga kesehetan jangan sampai telat makan sama minum obat, ya?”

Tangannya terulur mengelus perut Hani yang masih terlihat rata, “ada calon bayi kita disini. Malka sebentar lagi mau jadi kakak, jadi Mommnya harus sehat.”

“Tolong sabar dan percaya sama aku.”

Mata puppynya berkedip membaca pesan dari mantan suamimya itu.

Baekhyun sudah menduganya jadi tidak usah heran jika kali ini Chanyeol bilang tidak bisa lagi.

Baekhyun tidak peduli.

Dirinya sudah berusaha untuk tidak menaruh harapan tinggi lagi kepada Chanyeol semenjak Devlin ditinggalkan seorang diri waktu itu.

Biar saja, yang terpenting Devlin aman bersama Kai sekarang dan ia bisa fokus bekerja.

Waktu istirahat selesai!

Baekhyun mendongak melihat para staff yang memecahkan diri, kembali bekerja dibidangnya masing-masing.

Ponselnya ia matikan lalu dimasukkan ke dalam tas. Dirinya bangkit menuju meja rias, bersiap melakukan pemotretan lagi.

“Semangat Baek!”

Seseorang menyerukan namanya dari samping, Baekhyun menoleh menampilkan senyum manisnya.

“Semangat juga, Kak Joo!”

“Loh, Malka dimana?”

Chanyeol terkejut karena sekarang hanya ada dirinya dan Hani di rumah.

“Aku titip di rumah Mama.” Hani duduk dipangkuan Chanyeol, matanya memberi tatapan sensual disana.

Chanyeol yang mengerti langsung mengeluarkan smirk andalannya. Wajahnya ia dekatkan dengan wajah Hani.

“Hmm pantes kamu pake pakaian kayak gini,” Chanyeol menyentuh tali tipis di baju yang Hani kenakan, “nakal ya kamu!” Tangannya menarik hidung Hani gemas sampai siempunya manyun.

Pria itu membopong Hani ke kamar, mengungkung Hani yang ada di bawahnya. Satu kecupan di bibir lolos, kemudian kecupan-kecupan lain ia lakukan di belakang telinga dan leher.

“Mmh.. Yeolhh”

Kedua insan itu sibuk berperang dengan nafsu yang semakin panas, dan pakaian yang berceceran di lantai.

“Ayo mandi bareng, baby.” Hani mengerling, kedua tangannya memeluk leher Chanyeol.

Yang diajak hanya menuruti. Tentu saja, siapa yang tahan jika digoda seperti itu, Chanyeol tetaplah lelaki yang berhasrat tinggi.

Sembari ke kamar mandi, Chanyeol sibuk mencumbu bibir tunangannya yang lembut dan merah.

Melupakan fakta bahwa sebelumnya dirinya sempat merasa iri melihat anaknya yang akrab bersama Kai.